Nama Jalan Tempo Dulu di Kota Bukittinggi; Residentweg Fort de Kock, Zuidersingels dan Oostersingels

oleh: Akhir Matua Harahap

Apa nama-nama jalan tempo dulu di Bukittinggi? Pertanyaan ini mungkin sepele dan tidak terlalu penting. Jika semua orang menganggap demikian, maka pertanyaan tersebut menjadi penting dalam artikel ini. Sebab (nama) jalan adalah penanda navigasi ketika siapapun yang berkunjung ke Bukittinggi. Kota Bukittinggi yang tempo doeloe disebut Fort de Kock, sebagai kota wisata, maka pertanyaan tersebut menjadi penting untuk diketahui.

Residentweg te Fort de Kock (Zuid en Ooster)

Bukittinggi tidak hanya Kota Wisata, juga kota bersejarah. Dalam hal ini, sejarah Bukittinggi menjadi elemen penting sebagai Kota Wisata. Sudah jelas bahwa sejarah awal Kota Bukittinggi adalah benteng Fort de Kock. Jalan dari dan ke benteng ini tiga arah: Dari selatan (dari Padang) melalui jalan Sudirman yang sekarang, terus ke jalan Istana dan jalan Yos Sudarso; dari barat (dari Tiku/Loeboekbasoen/Maninjau) melalui jalan Bintang yang sekarang dan jalan Tuanku Nan Renceh (bertemu jalan Yos Sudarso); ke timur (dari jalan Sudirman) melalui jalan Perintis Kemerdekaan dan jalan Soekarno-Hatta terus ke Payakumbuh. Pada era Belanda, jalan dari/ke barat ini (Tiku) disebut Zuidersingels (lingkar selatan) dan jalan dari dan/ke timur ini (Payakumnuh) disebut Oostersingels (lingkar timur). Antara dua jalan lingkar inilah kemudian berkembang jaringan jalan di kota. Jalan yang pertama diberi nama adalah jalan Residentweg (jalan Istana yang sekarang). Jalan lingkar selatan diberi nama sesuai aslinya Zuidersingels Straat dan jalan lingkar timur sebagai Oostersingels Straat. Terusan jalan Residentweg disebut Schoolstraat (sebagai dari jalan Istana dan sebagai dari jalan Yos Sudarso).

Sejarah jaringan jalan di kota adalah sejarah perkembangan kota itu sendiri. Dari perkembangan jalan di dalam kota inilah kemudian nama-nama jalan di Fort de Kock (Bukittinggi) ditabalkan melalui keputusan Asisten Residen/Wali Kota (Burgemeester). Untuk menambah pengetahuan, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*

Residentweg: Nama Jalan Pertama di Bukittinggi

Seperti di kota-kota lain, nama jalan pertama yang ditabalkan adalah jalan utama di dalam kota. Penanda navigasi jalan utama di dalam kota adalah jalan dimana lokasi kantor kepala daerah (Asisten Residen/Residen). Kantor Residen di kota Fort de Kock berada di Residenweg (dalam peta No. 31, sementara No. 30 adalah rumah Residen). Dua bangunan ini kini menjadi gedung dan taman dari Taman Monumen Proklamtor Bung Hatta. Kapan nama Residenweg ditabalkan?

Taman Monumen Proklamtor Bung Hatta

Pada tahun 1837 dibentuk Province Sumatra’s Westkust yang terdiri dari tiga Residentie, yakni: Padangsche Benelanden, Padangsche Bovelanden dan Tapanoeli. Ibu kota Residentie Padangsche Bovenlanden adalah Fort de Kock. Tahun inilah pemimpin daerah Residentie Padangsche Bovenlanden statusnya kali pertama ditingkatkan dari Asisten Residen menjadi Residen. Pada tahun 1907 Residentie Tapanoeli dipisahkan dari Province Sumatra’s Westkust. Ketika Residentie Oost Sumatra (ibu kota Medan) ditingkatkan menjadi Province tahun 1915, Province Sumatra’s Westkust dilikuidasi menjadi hanya setingkar Residentie (Residen berkedudukan di Padang). Oleh karena itu status Residen Padangsche Bovenlanden juga dilikuidasi dan di Fort de Kock hanya berkedudukan Asisten Residen (kepala daerah Afdeeling Agam). Dalam hal ini, nama jalan di Fort de Kock disebut Residentweg, maka penamaan jalan dilakukan sebelum tahun 1915, Kota Fort de Kock ditingkatkan statusnya menjadi Kota (Gemeente) pada tahun 1930 yang dikepalai oleh seorang Wali Kota (Burgemeester).

Daftar nama jalan tempo dulu di Bukittinggi

Gemeente Fort de Kock bukanlah kota besar seperti Padang, Medan, Jakarta, Semarang dan Soerabaja. Oleh karena Gemeente Fort de Kock termasuk kota kecil maka jumlah jalan yang ada di dalam kota juga tidak banyak. Nama-nama jalan tempo dulu di Bukittinggi adalah sebagai berikut:

NoNama lama (era Belanda)Nama baru (masa kini)
1ResidenwegIstana
2SchoolwegIstana dan Yos Sudarso
3BinnenwegAhmad Karim
4ChineeschewegAhmad Yani
5GrootepasarwegMinangkabau
6KampementslaanSudirman
7Zuidersingels StraatPanorama
8Oostersingels StraatPerintis Kemerdekaan
9Hospitalsingels StraatDr. Ahmad Rivai
10TempokwegAhmad Yani
11StormparkwegCinduamato
12FilitwegMarapi
13PatjoeanstraatVeteran
14PasarstraatLereng
15NgaraiwegBintang

Leave a comment