Ibu di Bumi, Kau di langit Nak!

*ditulis tahun 2009

Ibu, kini aku makin mengerti nilaimu

Kamu adalah tugu kehidupanku

……

Kamu adalah teratai kedamaian samadi

Kamu adalah kidung rakyat jelata

Kamu adalah kiblat nurani di dalam kelakuanku

[Sajak Ibunda – Rendra]

Rendra seperti juga Iwan fals begitu fasih saat berbicara tentang ibu. Mungkin harus menjadi pribadi yang matang seperti mereka, jika aku ingin dapat menghormati karier tersulit di dunia. Menjadi seorang ibu.

Ibunda adalah tanah itu. Demikian Abdullah pernah mengajari aku. Tanah adalah tempat jasad seorang manusia bergantung. Kita menghirup udara di atas tanah, dilahirkan dan dibesarkan di atas tanah. Makanan utama kita adalah segala yang dihasilkan oleh tanah. Lalu mengakhiri kehidupan dengan kembali menjadi tanah.

Siapakah kita bila tanpa tanah? Siapalah kita bila tanpa ibu?
Seringnya, Ibu adalah tanah yang terzalimi. Saat orang-orang hanya terpukau oleh bunga indah yang tumbuh subur di atasnya. Tapi tak pernah kau lihat ia mengeluh bukan? Justru ia tersenyum bangga. Karena bagi ibu itulah arti hadirnya di dunia ini. Untuk melesatkanmu ke langit, Nak!

Menjadi ibu menurutku adalah pekerjaan terberat di dunia ini. Membutuhkan kemampuan berpikir, merasa, dan bertindak dengan ketepatan tinggi. Agar seorang anak tidak sampai dijangkiti benih-benih salah didik.

Kuamati pada ibuku dan semua ibu yang ada di sekitarku. Sekali mereka menjadi ibu, mereka takkan dapat berhenti dari perkerjaan itu. Dalam setiap tahap perkembangan anak selalu mempunyai persoalannya sendiri. Jika seorang anak telah dewasa pun, kekhawatiran ibu tak berhenti. Beralih pada apakah anaknya mendapat pekerjaan yang baik, lalu bagaimana dengan kesehatan cucu-cucunya, apakah rumah tangga anaknya harmonis dan sebagainya. Semua pertanyaan itu terus berputar di kepala seorang ibu.

Dan pernah kusaksikan pedihnya saat sang buah hati ditakdirkan mendahului ke alam baka, duka ibu tentu tak bisa ditawarkan oleh apapun selain oleh keikhlasan ibu itu sendiri

tak dapat kucari jawaban lain tentang siapakah yang deritanya lebih berat dari tanah?

namun derita itu tak pernah dirasakannya dan beliau hanya berucap: “ibu terus akan tersenyum, Nak..
karena ibu bisa melihatmu kini berdiri gagah menantang langit!”

**racauan perempuan yang belum tau rasanya punya anak

Leave a comment