Teng Griya Mawon, nggih..

(ditulis pada bulan Maret 2020, awal pandemi)

Karantina di Jogja

ka·ran·ti·na [n] tempat penampungan yang lokasinya terpencil guna mencegah terjadinya penularan (pengaruh dan sebagainya) penyakit dan sebagainya;

Kami sekeluarga masih berpenghidupan di Jogja, aku pun masih bertugas setiap hari di Kotagede. Melihat kondisi saat ini mungkin akan berlanjut terus sampai selepas lebaran. Semoga dunia membaik hari ke hari, agar nanti kami bisa pindah dalam kondisi tenang dan tidak was-was. Segala keterlambatan dalam pengurusan mutasiku memang sudah takdir Allah SWT, agar aku tidak wira wiri dalam kondisi wabah begini.

Aku termasuk pekerja yang tidak bisa bekerja dari rumah. Bersyukur perlindungan demi keselamatan petugas dan masyarakat yang sakit terus dipikirkan serta diupayakan oleh banyak pihak. Sejauh ini APD untuk petugas yang bersentuhan langsung dengan pasien, berusaha untuk selalu dipenuhi. Alhamdulillah.

Kemarin hari Rabu, salah satu staf puskemas menikah. Teman-teman tetap mengusahakan untuk hadir, memberikan selamat dari jarak agak jauh dan langsung pulang untuk menghindari kerumunan orang banyak. Dua minggu lagi dokter puskesmas kami juga akan menikah, beliau adalah ketua pencegahan penyakit infeksi di puskesmas. Yang paling sibuk mengurusi segala keperluan kami dalam masa wabah ini. Semoga diberi kesehatan dan akad nikah kelak berjalan lancar, aamiin.

Refund 100%

Sejak Januari lalu aku sudah memesan tiket pesawat pulang untuk tanggal 23 Maret 2020. Sudah suratan juga tidak jadi pulang dan berdiam diri di Jogja, begitu lebih aman bagi nenek dan buyung saga.

Sampai tanggal 18 Maret 2020, hasil pengecekan di Traveloka, refund dengan alasan wabah masih mendapat pengembalian sekitar 75% dari harga tiket. Sebelumnya  pernah mendengar bahwa jika membatalkan penerbangan dengan alasan menghindari wabah, refund dari maskapai adalah 100%. Maka aku pun mencoba menelepon ke Citilink. Ternyata benar, harga tiket yang sudah dibayarkan bisa dikembalikan 100%.

Langkah selanjutnya adalah memberitahu pihak Traveloka, bahwa estimasi refund seharusnya tidak 75% seperti yang tertera, tetapi 100%. Aku tidak menemukan cara menelepon pihak Traveloka, jadi hanya bisa kirim pesan lewat chat. Dijanjikan akan dibalas dalam waktu 2×24 jam. Setelah bersabar dua hari, akhirnya berhasil pengajuan refund tanpa pemotongan. Uangnya nanti untuk pesan tiket lagi, klo SK mutasi dari Kemendagri sudah keluar.

Jogja Muram

Terakhir kali ke Malioboro sekitar awal maret 2020, masih ramai. Tidak ada rona ketakutan di wajah orang-orang. Aku bahkan sempat menyantap lumpia di emperan toko Samijaya.

Hari minggu tgl 8 Maret 2020, juga sempat menikmati trans jogja dengan buyung saga, kegiatan rutin kami tiap minggu pagi. Naik satu putaran dari Nitikan – UGM – Bandara – Tegalgendu. Aku ingat betul hari itu hampir tidak ada penumpang yang menggunakan masker di dalam bus, termasuk aku.

Trans Jogja yang memang sudah sepi sejak menjamurnya ojek online, semakin sepi karena wabah ini. Aku melihat halte-halte kosong dan bertambah muram.

Ini foto sebelum wabah, halte sudah sering kosong. Sekarang makin sepi..

Sekarang yang terbaik harus kita upayakan, bagi yang tidak bisa bekerja di rumah, mohon untuk menjaga jarak dan menggunakan masker (bisa pakai masker kain). Rajin cuci tangan dengan sabun. Ini berlaku untuk aku dan bapaknya Saga yang harus keluar rumah berjualan. Sesampainya di rumah usahakan bersih dulu baru boleh memegang anak.

Semoga Allah memberikan kita kekuatan dan kesabaran, terutama untuk para pemimpin.  Badai segeralah reda dan berlalu.

Leave a comment