Jalangkote Kampung

oleh: Mimi Hilzah (https://www.facebook.com/1042555663/posts/10218362953278833/)

Resep Jalangkote Kampung (Untuk 30 biji)

Bahan kulit:

•Tepung terigu 500gr

•Margarin 100gr

•Air secukupnya

Bahan isi:

•Tauge 500gr

•Wortel 5 buah (sedang)

•Kentang 7-8 buah (sedang)

•Bawang merah

•Bawang putih

•Merica bubuk

•Garam

•Penyedap (jika suka)

•Rebus telur ayam. Nanti setelah matang bisa dipotong 4 bagian, atau 6 bagian. (Kalau dipotong 8 itu khusus untuk jualan. Kalau sama diri sendiri, tidak boleh pelit😆)

Bahan saos:

•Cabe besar (bagi yang tidak terlalu suka pedas)

•Cabe rawit (bisa skip, bisa dobel)

•Bawang putih 2 atau 3 biji

•Cuka

•Garam

•Gula pasir

•Air 3-4 gelas

Cara membuat kulit:

Panaskan margarine sampai cair. Jika tidak ada bisa diganti minyak goreng dengan catatan rasa gurihnya akan beda. Setelah cair, tuang ke atas terigu dalam keadaan panas. Rahasia kulit renyah itu ada di proses ini. Lalu tambahkan air secukupnya untuk bisa mengulen adonan. Diulen biasa, tidak perlu seperti membuat roti, sampai tercampur rata saja. Nggak perlu banting-bantingan, nggak perlu didiamkan lama. Teksturnya tidak benyek (terlalu lembek), tidak juga keras. Kalau misal adonan terlanjur lembek, boleh tambahkan sedikit tepung terigu lagi. Tanda adonan kulit sudah bagus itu tidak lengket lagi di tangan, tapi cukup lentur untuk dibentuk.

Cara membuat isian:

Tumis bawang putih dan bawang merah (haluskan dulu), lalu masukkan pertama-tama potongan wortel dan kentang yang sebelumnya dipotong dadu kecil-kecil. Boleh tambah air sedikit tapi beneran sedikit supaya isiannya nanti tidak berair. Setelah agak matang, masukkan tauge. Supaya sayurannya tetap krenyes, proses tumis tidak usah terlalu lama. Tambahkan merica bubuk secukupnya, garam, penyedap rasa sedikit jikalau tidak anti msg. Setelah tercampur rata dan airnya surut, dinginkan.

Cara membuat saos:

Blender cabe merah besar dan tambahan cabe rawit (jika ingin lebih pedas) juga bawang putih. Bawang putih ini berfungsi sebagai penambah aroma. Setelah halus, masukkan ke panci berikut air beberapa gelas. Masak dan tunggu sampai mendidih lalu masukkan berturut-turut cuka, garam dan gula. Jika suka manis, porsi gulanya lebih banyak. Kalau mau agak kental boleh tambahkan 1-2 sdm maizena.

Cara membuat Jalangkote:

Adonan digiling menggunakan penggiling adonan kulit lumpia atau mie. Setel di ketebalan yang pas, tidak terlalu tipis, tidak juga terlalu tebal. Kalau terlalu tipis, kulit bisa sobek. Proses menggoreng nanti jadi berantakan. Jika terlalu tebal, kulit tidak akan cukup renyah. Kalau tidak punya alat penggiling, adonan bisa diratakan di meja dengan bantuan kayu penggiling adonan.

Setelah jadi lapisan kulitnya dicetak lingkaran. Bisa pakai tutup stoples, bisa tutup canteng (gelas kaleng/aluminium yang besar), apa sajalah sesuai besar lingkaran kulit yang kalian inginkan.

Lalu lapisan kulit yang sudah berbentuk lingkaran letakkan di telapak tangan kiri kalian (kalau kidal ya sebaliknya). Isi beberapa sendok isian sayuran, jangan lupa tambahkan jackpotnya yaitu potongan telur rebus. Jangan terlalu sedikit isiannya, jangan juga terlalu banyak, nanti susah menutupnya. Setelahnya, satukan kedua sisi, rapatkan dan pijit-pijit di sekelilingnya. Bentuknya sekarang menjadi setengah lingkaran yang gendut tapi menggemaskan (mirip perut pak suami). Proses memilin dimulai dari sisi luar kulit paling atas. Caranya ditekan dengan ujung jari, lalu diputar/dilipat sedikit masuk ke dalam. Begitu berulang sampai terpilin hingga ke bawah.

Untuk menggoreng, panaskan minyak di wajan secukupnya agar jalangkote ini nanti tenggelam sempurna. Minyak harus panas sebelum diturunkan. Bolak balik sampai matang kekuningan, sedikit coklat buat kamu yang suka agak mutung. Kulitnya nanti pas digoreng akan ada benjolan-benjolan, itu nggak apa-apa. Itu tanda kulitnya beneran renyah.

Sajikan dan makan selagi masih hangat.

***

Proses memilin pinggiran jalangkote itu susah, ya. Saya baru pandai setelah bertahun-tahun mencoba meniru Mamak. Mudahnya memang pakai cetakan jalangkote, tapi kesenangannya justru berkurang. Membuat kulit dengan tekstur yang pas juga itu butuh banyak eksperimen. Tapi untuk menjadi bisa, kita memang butuh latihan berkali-kali.

Tapi sejujurnya kita semua memulai eksekusi menu baru itu selalu dengan drama dan tragedi. Belajar masak tidak langsung secara abrakadabra. Dulu bentuk jalangkote buatan saya juga nggak karuan. Kadang pula sobek pas digoreng dan isiannya berenang keluar. Pernah juga kentangnya kurang matang. Sebaliknya juga pernah isiannya terlalu lembek. Kulitnya keras? Pernah!

Tapi asalkan kita tidak patah semangat, setiap percobaan baru setelah gagal adalah peluang untuk naik kelas menjadi chef yang lebih baik.

Yang pasti, mencoba memasak sendiri di rumah itu cara yang paling dekat untuk melindungi keluarga dari mengonsumsi bahan-bahan yang tidak higienis atau yang ada tambahan zat pengawet pun msg yang berlebihan. Kita pun bisa menentukan sendiri kualitas bahan, mendapatkan sisi ekonomisnya dan tentu saja bonus pujian dari anak-anak dan suami rumah. Selain itu ada proses belajar dan pengalaman yang tak ternilai di tempat sakral bernama dapur. Pengalaman yang kadang bikin pengin nangis, tapi seringnya juga bikin senang.

Dan nanti bertahun ke depan, anak-anak akan sudah sangat hapal masakan buatan ibunya yang walau tampilannya babak belur tapi rasanya nggak tahu kenapa selalu bikin rindu. Kalian masih ingat tokoh Sun Woo si ketua OSIS dalam Reply 1988 yang suka sekali membawa bekal masakan ibunya? Masakan yang seringnya keasinan dan jika menggoreng telur selalu ada bonus potongan kulit telur di dalamnya. Tapi Sun Woo tetap menghabiskan makanan tersebut, bukan soal enak atau tidak enaknya tapi soal siapa yang membuatnya dan atas alasan apa ibunya memasak untuknya.

Jadi, nggak perlu kuatir soal bentuknya nggak karuan atau setelahnya dapur berantakan mirip medan perang sementara masakan yang dihasilkan cuma sepiring😆 Atau proses bikinnya 3 jam, ludesnya cuma butuh 20 menit. Itu pun si emak nggak kebagian wkwkwk… Cinta itu memang butuh pengorbanan dan membuat makanan untuk seisi rumah entahkah itu beneran enak atau hanya kelihatan enak, adalah bentuk cinta yang sederhana tapi akan selalu mengabadi dalam ingatan mereka. Orang-orang yang kalian sayangi yang kalian sajikan makanan setiap hari.

***

“Makanan bukan hanya masakan yang akan berakhir di perutmu, melainkan sebuah petualangan yang patut dinikmati dan dihargai.” (Winda Krisnadeva)

Leave a comment