Kamari Bedo: Wisata Negeriku

*ditulis tahun 2013

Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan. (Al-Baqarah : 205)

Mamaa, yang ini gak usah aja ditulis di blog.. nanti jadi rame orang ke sini trus kotor deh.
(Inka ~ Puncak Lawang)

Kamari Bedo

Serba salah, begitulah wisata negeriku. Tidak siap, begitulah masyarakatnya, para penguasanya, para wisatawannya, dan begitupun aku yang senang berbagi keindahan dari negeriku. Secara umum tidak siap dalam memahami tanggung jawab bersama untuk menjaga lingkungan ini.

Dalam pandangan awamku, kampungku memang terlihat kocar kacir jika terus-terusan didatangi oleh para wisatawan yang kerjanya membuang botol air mineral sembarangan. Dipenuhi pedagang yang seperti tak peduli tata tertib lokasi berdagang. Kocar-kacir karena pemerintah tidak tegas dalam hal ini, dan masyarakat lokal yang merasa dirugikan karena kampungnya yang asri berubah macet dan kotor jadi semakin tak peduli karena lelah berharap tindakan tegas dari para penguasa.

Pada tamuku dari lain daerah, aku kasih liat letak-letak sampah dan ketidaknyamanan tersebut. Bahwa kami warga bukik seringnya tidak nyaman lagi duduk di taman sabai nan aluih, karena tanamannya banyak yang mati terinjak, dan terlalu banyak badut dan pedagang yang berebutan mencari rezki. Sehingga bangku tamanpun dikuasai mereka, alih-alih untuk tempat istirahatnya pengunjung.

Harusnya tidak setengah-setengah, jika niatnya menjadi kota wisata maka harus persiapkan semuanya dengan aturan yang jelas dan tegas. Memang tidak penting piala bernama Adipura (yang 10 tahun gak pernah singgah di bukik) yang penting adalah kesadaran bersama menjaga negeri ini, bumi ini, di manapun kita berada.

Berhentilah!

Berhentilah menjadi orang yang tidak peduli, maka diriku sebagai traveler yang lemah mengingatkan pada diriku sendiri, kemanapun kita berjalan itu adalah buminya Allah yang W A J I B kita jaga. Tidak sekedar bersenang-senang dan pamer bahwa kita mampu jalan-jalan, beli tiket pesawat ke sana ke mari, dan melupakan esensi dari sebuah perjalanan.

Dan dengan rendah hati kami meminta pada para pengunjung ranah minang dan ranah manapunlah di muka bumi ini, agar bersedia mengantongi botol bekas minumnya sendiri dan sampah lainnya sampai menemukan tempat sampah. Tolong jangan dibuang sembarangan, karena memang petugas kebersihan tidak mencakup semua wilayah.

Hari minggu lalu telah diresmikan The Great Wall of Koto Gadang, yang membentang indah di atas Ngarai Sianok. Meringis membayangkan lama kelamaan sampah plastik bakal menumpuk di dasar lembah, jika pengunjung dibiarkan saja membuang sampah sembarangan saat mengadakan trip di sana.

Jangan sampai para pengunjung yang cendrung polos tanpa mikir  itu menganggap lembah yang terbentang di bawah janjang sebagai tempat sampah raksasa.

Ini bukan berarti kita diminta untuk mendekam saja di rumah dan tak boleh lagi berbagi keindahan di media sosial saking takutnya orang-orang berdatangan lalu membuat kotor.  Kata Ummi Lina, kita diperintahkan  untuk berjalan, bertebaran di muka bumi, belajar dan menekuni banyak hal  dari alam juga orang-orang yang kita temui di perjalanan. Bertemu orang banyak adalah pintu rezeki  dan pintu ilmu pengetahuan juga. Mari tetap jalan-jalan dan kita jaga bumi ini bersama. 💜

Leave a comment