NDANGIR

Dalam pertanian Jawa ada tahapan pemeliharaan perawatan tanah yang disebut ndangir atau mendangir. Bertujuan untuk menjaga dan mempertahankan kesuburan tanah. Mengusahakan agar tanah menjadi lebih subur lagi, dengan cara mencangkul. Menggunakan cangkul berdimensi kecil yang disebut dangir. Membersihkan gulma dan tanaman pengganggu, membalikkan tanah agar pori-pori tanah terbuka kembali sehingga oksigen dalam tanah tetap terjaga.

Tahapan ini harus dilakukan oleh para petani dengan harapan ketika panen nanti mendapatkan hasil yang maksimal dan melimpah.

Satuan kebahasaan yang berkaitan dengan sistem pertanian Jawa:
tegalan; kedokan/sawah; perengan; payangan; rawa;
genengan; madas; lempung; pero; tandur; nyebar; ndaut;
ngluku; macul; pacul; namping; naju; kowakan; dangir;
ngideg-ideg; galengan; banjari; nempah; ngedos; nyulam;
nggaru; matun; nyawur; wiwit; pinehan; ani-ani; ngerit;
nggeblog; tumpangsari; ngemping; ndiluk; mublak;
menthes; gabug; nguning; walik’an.

Dangir – Cangkul Kecil

Cara Ndangir Petani Berambang Nganjuk di Kecamatan Bagor
sumber: https://radarkediri.jawapos.com/nganjuk/781766916/ini-cara-ndangir-petani-berambang-nganjuk-di-kecamatan-bagor

Setelah matun, petani harus mendangir bawang merah. Karena setelah rumput dicabuti, masih ada kemungkinan rumput tumbuh lagi. Oleh sebab itu, perlu ndangir agar tumbuhan pengganggu tanaman berambang tidak kembali tumbuh.

Bagi petani berambang di Kota Angin, istilah ndangir sudah tidak asing.
Ndangir sudah menjadi serangkaian perawatan tanaman bawang merah di sawah. Hal itu agar tidak tumbuh kembali gulma rerumputan yang mengganggu proses pertumbuhan tanaman bawang merah.

Seperti yang dilakukan oleh petani di Kecamatan Bagor. Riyono, 40, petani berambang di Bagor mengaku harus melakukan ndangir tiga hari setelah matun. “Kalau tidak didangir nanti tumbuh lagi enceng-enceng,” ujarnya.

Dia menjelaskan ndangir atau bisa juga disebut dengan mencangkul kecil tanah diantara tanaman palawija menggunakan cangkul khusus yang terbuat dari bambu. Bambunya juga berukuran kecil, sekitar 5 sentimeter dengan panjang sekitar 1 meter. Hal itu dilakukan dengan harapan tidak merusak dan mengenai tanaman bawang merah yang ditanam. “Semakin rajin petani ndangir maka semakin subur pula tanaman bawang merahnya, karena pertumbuhannnya tidak akan terganggu oleh rumput atau tanaman pengganggu,” tutur Riyono.

Di lahan seluas 80 Ru, Riyono membutuhkan waktu kurang lebih lima jam. Ndangir harus dilakukan dengan teliti dan pelan-pelan. Jika terlalu kasar justru akan merusak tanaman bawang merah itu sendiri. Ndangir juga dilakukan tak hanya sekali saja. Tapi, setidaknya selama masa pertumbuhan hingga masa panen dilakukan 2–3 kali. “Rerumputan itu cepat tumbuh kalau tidak diobat, jadi setelah matun ya harus didangir, nanti 2–3 minggu lagi ndangir lagi,” terangnya.

Mayoritas petani berambang di Bagor memilih mengurangi penggunaan obat kimia. Sehingga, semua perawatan diupayakan dengan cara tradisional. Itu l yang menjadi perbedaan petani bawang merah di Bagor dengan kecamatan yang lain. “Mungkin daerah lain kalau sudah diobati ya sudah. Tapi, kalau di sini setelah matun, di usia 23 hari-1 bulan harus ndangir,” ujar Riyono.

Leave a comment