Penanganan Retina Lepas di RSUP Dr. Sardjito

Kronologi

Saat itu suami sedang berada di Sumatera. Satu hari sebelum mata mengalami gangguan, beliau menengok teman sakit di Payakumbuh. Mengendarai motor dari rumah, perjalanan sekitar 30 menit. Dalam perjalanan, dekat persawahan merasa ada serangga masuk ke mata, lalu matapun dikucek.

Keesokan harinya pandangan pada mata kiri mulai gelap, saya yang berada di Jogja hanya bisa menyarankan untuk segera ke dokter. Beliau saat itu berinisiatif ke UGD lalu diberi salep antibiotik untuk mata dan juga obat untuk diminum. Karena kondisi cukup mengkhawatirkan, beliau langsung kembali ke Jogja keesokan harinya.

Pemeriksaan Awal

Setelah mendapatkan rujukan dari Puskesmas, suami diperiksa oleh dokter spesialis mata RSUD Kota Yogyakarta. Dokter mengatakan ada bagian retina yang robek dan lepas dari jaringan penyokong tempat seharusnya retina melekat, dengan diagnosa Ablasio Retina.

Dokter menjelaskan bahwa retina itu seperti lapisan tisu yang menempel. Ketika ia robek, maka ada cairan mata yang masuk. Hal ini menyebabkan bagian retina yang lain akan terangkat dan lepas. Jika kondisi ini dibiarkan, makin lama retina akan menjadi kisut dan lebih sulit untuk ditempelkan kembali. Untuk menyelamatkan penglihatan harus ditempuh cara operasi, sehingga suami dirujuk ke rumah sakit yang lebih lengkap yaitu RSUP Dr. Sardjito.

Penyebab dan Gejala

Secara teori, individu yang memiliki risiko untuk terjadi ablasio retina antara lain :

  1. Penderita rabun jauh yang sangat berat. Semakin banyak minus mata teorinya retina akan semakin tipis.
  2. Orang yang pernah mengalami luka pada mata atau memiliki riwayat operasi katarak sebelumnya.
  3. Riwayat keluarga (genetik).
  4. Berusia lebih dari 50 tahun, semakin tua usia seseorang retinanya akan semakin tipis.
  5. Penderita penyakit mata lainnya.
  6. Penderita diabetes.
  7. Adanya trauma pada mata karena benturan atau aktivitas berat yang dilakukan tubuh seperti mengangkat benda berat.

Pada suami, sepengetahuan saya poin nomer 7 sangat mungkin menjadi penyebabnya. Trauma pada mata sudah berulangkali, karena aktivitas touring mengendarai vespa. Keamanan dalam berkendara sering terabaikan, seperti tidak menggunakan kacamata pelindung sehingga mata kemasukan serangga dan benda-benda kecil lainnya.

Yang makin memperburuk kondisi retina beliau adalah beberapa kali mengendarai truk membawa barang antar Jawa dan Sumatera. Sudah pasti melakukan aktivitas berat seperti mengangkat benda berat.

Penjadwalan Operasi di RSUP Dr. Sardjito

Di RSUP DR. Sardjito, suami diperiksa oleh dokter mata ahli vitreo-retina. Dokter spesialis mata yang memiliki keahlian khusus untuk memeriksa, mengobati, atau mencegah gangguan mata pada area vitreous dan retina. Dari hasil pemeriksaan, dokter mengatakan harus segera dijadwalkan untuk operasi perlekatan kembali retina yang lepas.

Sejujurnya kami ragu, kenapa harus terburu-buru untuk operasi? kenapa tidak diobati saja dulu? Hehe, yang namanya operasi tentu saja langsung membuat suami dan saya cemas. Apalagi ini operasi mata, bagian penting dari tubuh.

Dokter menjelaskan, jika kita menunda-nunda operasi ini maka saraf retina akan banyak yang mati. Ibarat akar pohon yang tercabut, semakin lama ditanam kembali, maka akarnya makin banyak yang mati. Saat ditanam kembali, ada kemungkinan tidak  akan tumbuh dengan baik. Jika banyak retina yang mati, maka penglihatan tidak bisa kembali normal, kemungkinan terburuknya pasien bisa kehilangan penglihatan.

Akhirnya kami menyetujui, operasi dilakukan satu minggu setelah pemeriksaan tersebut.

Operasi Perlekatan Retina

Dokter Angela, yang menangani kasus suami menggunakan metode scleral buckling. Saya baca dari berbagai sumber metode ini lebih minim risiko dan banyak digunakan pada ablasio retina regmatogenosa yang tidak disertai komplikasi lainnya. Dokter akan memasangkan sabuk yang terbuat dari spons silikon atau silikon padat dan dijahit mengelilingi bagian mata (scleral).

Tujuannya untuk memberikan tekanan pada robekan retina sehingga robekan akan tertutup. Ketika robekan tertutup, cairan subretinal akan menghilang dengan sendirinya. Setelah dipasang sabuk, dokter juga akan memasukkan gas khusus ke dalam rongga vitereus.

Sedikit drama pada hari operasi, dr. Angela sakit sehingga digantikan oleh dr. Firman. Alhamdulillah suami tetap mantap karena sudah sempat bertemu dengan beliau, orangnya baik menenangkan.

Suami masuk kamar operasi dan selesai dua jam kemudian. Keluhannya kepala terasa pusing. Menurut saya ini operasi dengan jumlah keluhan yang sedikit dibandingkan operasi lain yang pernah suami dan saya jalani. Alhamdulillah.

Masa Pemulihan

Sehari setelah operasi, dokter Firman langsung kontrol di ruang rawat inap. Menurut beliau hasil cukup baik dan memberikan saran agar tidur lebih banyak telungkup selama 1 minggu. Untuk saran ini suami sudah diberitahu oleh seorang teman yang sudah pernah operasi retina.

Sekarang sudah hari keempat setelah operasi, pemberian obat tetes mata harus rutin setiap tiga jam. Pada hari pertama dan kedua, masih ada cairan merah muda, Alhamdulillah sekarang sudah bening. Sedangkan bola mata masih merah, katanya masih perlu waktu lama untuk mata kembali berwarna normal.

Bioflex Dop mata

Agar mata tidak kena benturan, dilindungi dengan memasang dop mata. Suami harus berhati-hati pada saat tidur atau saat bermain dengan anak jangan sampai mata kena benturan yang tidak diinginkan.

Untuk penglihatan, berdasarkan berbagai sumber akan mulai membaik di minggu ke lima. Kita tunggu saja perkembangannya. Kontrol ke rumah sakit kembali minggu depan. Semoga kemajuan membaik sesuai harapan kami, aamiin. 🧡

Leave a comment