Randai Cindua Mato

Randai Cindua Mato – Lilly Marlene

Dulu diutuih Cindua Mato
Etan ka Ranah Sikalawi
Pai mahanta tando mato
Tandonyo kito baputiah hati

Rajo Mudo adiak Bundo Kanduang
Baranak surang Puti Bungsu
Janji diikek sajak dibaduang
Jadi tunangan Dang Tuanku

Dek lamak tipu Imbang Jayo
Rajo kuaso di Sungai Ngiang
Bapaliang hati Rajo Mudo
Diungkai janji nan dikarang

Cindua Mato – Lilly Marlene

Panakiak pisau sirauik
Pisau sirauik Rang VII Koto
Urang kiramaik iduik-iduik
Nan banamo si Cindua Mato
Nan bakabau jo si binuang
Nan baayam jo si kinantan

Bundo Kanduang, Bundo Kanduang di Pagaruyuang …
Rajo Mudo di Sikalawi – 2x
Jikok bagak, jikok bagak kapalang tangguang …
Jikok iduik barani mati – 2x

Pagaruyuang di Batusangka
Di sinan Bundo Kanduang
Rajo Kuaso di Ranah Minang
Rajo adia rajo disambah
Tagak bak cando payuang
Payuang gadang Nagari Minang

Limo Kaum, Limo Kaum di Batusangka …
Singgah mambali limau puruik – 2x
Cindua Mato, Cindua Mato urang pandeka …
Pandai manyipak madok suruik – 2x

(Ciptaan Nuskan Syarief, Dinyanyikan pertama kali oleh Lily Marlene, Dibawakan ulang oleh Tiar Ramon)

  • Bundo Kanduang adalah gelar bagi Puti Panjang Rambut II. Ia adalah putri dari Maharaja Wijayawarman yang bergelar Tuanku Maharaja Sakti I, Dewang Pandan Putrawana, sepupu Ananggawarman
  • Dang Tuanku ‘Sutan Rumanduang’ adalah Raja Pagaruyung, putra Bundo Kanduang dengan Bujang Salamat alias Hyang Indera Jati dari dinasti Makhudum di Sumanik. Dia ditunangkan dengan Puti Bungsu, sepupunya, anak dari pamannya Rajo Mudo, Rajo Megat alias Sutan Saktai Gelar Rajo Jonggor, yang berkuasa di Renah Sekalawi (Lebong) kira-kira kurang lebih 40 km dari Lunang sebagai Raja Jang Tiang Pat Petuloi ke I.
  • Cindua Mato seperti Dang Tuanku terlahir setelah ibunya, Kembang Bendahari, sepupu dari Bundo Kandung. Karena itu dia juga dapat dipandang sebagai saudara Dang Tuanku.
  • Imbang Jayo adalah raja Sungai Ngiang, rantau Minangkabau sebelah selatan yakni di sekitar Sangir dan Kerinci. Dia berusaha merebut Puti Bungsu, yang sudah ditunangkan dengan Dang Tuanku, dengan menyebarkan desas-desus bahwa raja Pagaruyung tersebut menderita penyakit.
  • Tiang Bungkuak adalah ayah Imbang Jayo yang sakti dan kebal. Namun pada akhirnya Cindua Mato menemukan kelemahannya.

Sinopsis

Cindua Mato dan Dang Tuangku adalah dua sahabat yang tumbuh bersamaan. Dang Tuangku adalah putra pewaris kerajaan Pagaruyuang, sedangkan Cindua mato tumbuh menjadi kesatria yang kelak menjadi hulubalang di kerajaan sekondannya tersebut.

Beranjak dewasa, keduanya tumbuh menjadi pemuda yang tangguh dan gemar bermain di gelangang. Suatu ketika, keduanya hadir di gelanggang perhelatan Datuk Bandaro. Dang Tuangku hadir mewakili Bundo Kanduang, yang memimipin kerajaan Pagaruyuang masa itu. Saat Dang Tuangku tengah bertemu dengan yang punya helat, Cindua Mato mendengar berita miring tentang Puti Bungsu di Renah Sekalawi, tunangan tuannya (Dang Tuangku) akan dipersunting oleh Imbang Jayo.

Dang Tuangku bukan tak mendengar bisik-bisik di gelanggang, Ia pulang dengan marah memuncak. Kabar itu ternyata benar adanya, setelah Bundo Kanduang menerima undangan kenduri Imbang Jayo dan Putri Bungsu, tunangannya.

Cindua Mato kemudian diutus Bundo Kanduang untuk mengantarkan seserahan dan hadiah pernikahan, mengingat anaknya Dang Tuangku tentu tidak mungkin bisa mengantarkan hadiah untuk pernikahan tunangannya sendiri. Dengan berat hati Cindua Mato menaati perintah kerajaan, Ia tak sampai hati akan nasib mandan-nya, Dang Tuangku.

Sampai di pesta pernikahan, Cindua Mato menggunakan ilmunya dan memanipulasi cuaca. Terjadilah badai besar membawa hujan lebat sehingga membanjiri perhelatan tersebut. Momen tersebut digunakan Cindua Mato untuk menculik Putri Bungsu, kemudian dibawa lari ke Pagaruyung.

Tindakan Cindua Mato tentu mengundang peperangan. Benar saja, kemudian Imbang Jayo dan pasukannya datang mengepung Pagaruyuang. Dang Tuangku, yang merencanakan penculikan dari awal pun sudah siap menunggu pasukan perang tersebut.

Terjadilah peperangan antara dua kerajaan tersebut. Singkat cerita, Imbang Jayo tewas dalam gencatan senjata tersebut. Kemudian untuk sama-sama meenghindari pertumpahan darah, peperangan akan digantikan dengan duel oleh pendekar masing-masing pihak. Jadilah kemudian Cindua Mato mewakili kerajaan Pagaruyuang berhadapan dengan Tiang Bungkuak.

Naas, kemudian Cindua Mato kalah. Ia harus membayar mahal kekalahannya, Ia kemudian diseret menjadi budak Tiang Bungkuak, Pagaruyuang dibakar habis rata dengan tanah, Dang Tuangku dan Bundo Kanduang lari dari Pagaruyuang.

Menjadi budak ternyata adalah salah satu trik Cindua Mato. Ia sebenarnya ingin mengetahui kelemahan tuannya, Tiang Bungkuak. Benar saja, kemudian, dengan bantuan air sirih penanya, diketahui bahwa satu satunya senjata yang bisa melukai Tiang Bungkuak adalah keris milik tuannya tersebut.

Saat tuannya tidur, Cindua Mato mencuri keris tersebut. Kemudian menghabisi nyawa tiang bungkuak dalam sebuah duel. Kematian tiang bungkuak membebaskan status budak yang melekat pada dirinya, sehingga ia bisa kembali ke kerajaan Pagaruyuang. (sumber: wikipedia)

Kaba versi lain

Menurut cerita, Kaba Cindua Mato menceritakan tentang seorang pemimpin yang memimpin seorang raja perempuan bernama Bundo Kanduang, ia mempunyai seorang anak laki-laki yang bergelar Dang tuanku. Dang Tuanku memiliki seorang kepercayaan yang bernama Cindua Mato.

Pada suatu ketika, Bandaharo (Salah seorang dari Dewan Empat Menteri yang berkedudukan di Sungai Tarab) menyelenggarakan keramaian untuk mencarikan jodoh anaknya, Putri Lenggo Geni. Bundo Kanduang menyuruh Dang Tuanku untuk mengikuti keramaian itu sekaligus melamarkan putri Lenggo Geni untuk Cindua Mato.

Ternyata lamaran tersebut diterima oleh Bandaharo. Namun, saat berada di Sungai Tarab, Mereka mendengar kalau tunangan Dang Tuangku yang bernama Putri Bungsu akan dikawinkan dengan Imbang Jayo karena dikabarkan Dang Tuanku telah sakit keras dan dibuang.

Sekembalinya mereka ke Pagaruyung, Bundo Kanduang mengutus Cindua Mato untuk menghadiri pernikahan putri Bungsu, dan Dang Tuanku secara rahasia menyuruh Cindua Mato untuk membawa lari Putri Bungsu. Bundo Kanduang marah atas tindakan Cindua Mato ini, namun ia mendapat pembelaan dari Dang Tuanku.

Akhirnya diselenggarakan juga pernikahan Dang Tuanku dengan Putri Bungsu dan Cindua Mato dengan Putri Lenggo Geni. Sementara itu Imbang Jayo datang ke Pagaruyung untuk menuntut tunangannya yang telah dibawa pergi. Imbang Jayo mengamuk dan dibunuh oleh Rajo Duo Selo. Tiang Bungkuak, ayah Imbang Jayo datang menuntut balas.

Cinduo Mato bertarung menghadapi Tiang Bungkuak dan berhasil mengalahkannya. Akhir cerita Cindua Mato menjadi raja di Sungai Ngiang dan Sakalawi. Ia kawin lagi dengan Putri Linduang Bulan dan berputra Sutan Amrullah.

Setelah anaknya dewasa Cindua Mato menyerahkan kekuasaan pada anaknya dan kembali ke Pagaruyung memerintah alam Minangkabau menggantikan Bundo Kanduang dan Dang Tuanku yang telah diangkat ke langit.

Judul Lagu: Randai Cindua Mato
Penyanyi: Lilly Marlene
Pencipta Lagu: Nuskan Syarief dan Nazif Basir
Musik: Chilung Ramali

2 thoughts on “Randai Cindua Mato

Leave a comment