Rekomendasi Film Pendek Indonesia Bergenre Slice of Life

Rekomendasi Film Pendek Indonesia Bergenre Slice of Life TERMINAL MOJOK.CO

Film pendek Indonesia nggak kalah seru dengan film yang biasa diputar di bioskop, terkadang malah “hidden gem” karena lebih ekspresif. Meski begitu, film pendek umumnya dianggap marjinal oleh penikmat film. Bahkan sering ada yang salah paham, ia dianggap sebagai reduksi film (panjang) pada umumnya atau sebagai hasil latihan sineas pemula.

Untuk disebut sebagai film pendek durasinya nggak boleh lebih dari 50 menit. Kalau minimalnya, sih, terserah. Durasi 60 detik pun sudah bisa disebut film pendek jika unsur naratif dan unsur sinematik yang diperlukan terpenuhi.

Film pendek Indonesia favorit saya bergenre slice of life. Genre slice of life ini belakangan mulai populer setelah film Tilik (2018) viral di media sosial. Frasa “slice of life” ini maksudnya adalah “penggalan kehidupan” atau “potongan kehidupan”. Jadi, film bergenre slice of life sudah pasti bercerita tentang potongan/penggalan perjalanan hidup manusia. Selain Tilik, ini rekomendasi film pendek Indonesia bergenre slice of life lainnya.

#1 Lemantun (2014)

Durasi: 21.39 menit

Sutradara: Wregas Bhanutedja

Berlatar keluarga dengan budaya Jawa, Lemantun bercerita tentang seorang ibu yang membagikan warisan berupa lemari-lemari lama ke anak-anaknya. Film ini berhasil mendapat penghargaan sebagai Film Pendek Terbaik dari Apresiasi Film Indonesia 2015 dan Film Pendek Terbaik versi Piala Maya 2015.

#2 Nilep (2015)

Durasi: 9 menit

Sutradara: Agung Wahyu Pratomo

Diproduksi oleh Ravacana Films yang juga memproduksi Tilik, film ini berbahasa Jawa. Nuansa pedesaan Jawa sangat kental di film ini. Nilep menceritakan sekelompok anak-anak yang tengah berkumpul di pos kamling, berdebat tentang seorang anak yang mencuri mainan, kemudian mereka menyalahkan satu sama lain.

#3 KTP (2016)

Durasi: 15.32 menit

Sutradara: Bobby Prasetyo

Film KTP menceritakan seorang petugas sensus kependudukan yang mendatangi rumah-rumah warga untuk membuatkan KTP. Persyaratan wajib mengisi kolom agama di KTP dengan salah satu dari 6 agama resmi membuat Darno, petugas sensus, berdebat panjang dengan Mbah Karsono yang seorang penganut Kejawen.

#4 Balik Jakarta (2016)

Durasi: 25.18 menit

Sutradara: Jason Iskandar

Film pendek ini merupakan hasil kerja sama Studio Antelope dengan Kedutaan Federal Jerman di Indonesia. Mengisahkan seorang warga Jerman yang kembali ke Indonesia untuk mencari rumah lamanya di Jakarta dengan diantar oleh tukang ojek pangkalan. Selama pencarian rumah itu, terjadi obrolan menarik antara warga Jerman dan tukang ojek yang masih terkendala bahasa.

#5 Anak Lanang (2017)

Durasi: 14.56 menit

Sutradara: Wahyu Agung Prasetyo

Film berbahasa Jawa ini mendapatkan “Outstanding Achievement” di Indonesian Film Festival (IFF) Australia ke-14 dalam Short Film Competition. Anak Lanang menceritakan tentang empat orang anak SD yang pulang sekolah dengan naik becak. Sepanjang perjalanan, mereka berbincang tentang kehidupan sehari-hari. Plot twist di film ini membuat saya cukup terhenyak.

#6 Rumah dan Bunga Matahari (2018)

Durasi: 13.07

Sutradara: I Kadek Jaya Wiguna

Diproduksi oleh FFTV IKJ, ide cerita dari film ini adalah pengalaman dari sang sutradara bersama keluarganya.nFilm Rumah dan Bunga Matahari menceritakan tentang suami-istri lanjut usia yang sibuk menyiapkan rumah dan memasak karena akan kedatangan tiga tamu istimewa.

#7 Unbaedah (2019)

Durasi: 15 menit

Sutradara: Iqbal Ariefurrahman

Film yang berkisah tentang tradisi tahlilan ini menjadi film terfavorit Anti Corruption Film Festival pada tahun 2019, diproduksi oleh KPK RI. Baedah, diperankan oleh Siri Fauziah yang juga memerankan Bu Tedjo di film Tilik, adalah perempuan desa yang suka mengambil nasi berkat yang menjadi hak orang lain untuk diberikan ke suami dan anaknya. Hobi “ndobel” nasi berkat ini membuatnya tetangga geram dan memutuskan melakukan sesuatu supaya Baedah kapok.

#8 Antar Kota dalam Provinsi (2020)

Durasi: 25.27

Sutradara: Eka Wahyu Primadani

Film berlatar kehidupan masyarakat kelas menengah bawah ini bakalan jadi obat kangen buat mereka yang pernah menempuh perjalanan antar kota pakai bus di Pantura. Bercerita tentang hubungan kerja dan hubungan asrama yang disampaikan khas Jawa Timuran.

Leave a comment