Jamu Gendong

Seolah-olah setiap etnis itu punya spesialisasi jenis pekerjaan. Di bukittinggi  yang jualan bakso sudah pasti mas² jawa, yang produksi kerupuk aci biasanya akang² dari sunda, tukang kredit adalah inang² batak, trus jualan sayur keliling dengan motor adalah abang² batak dan yang jualan jamu gendong, sudah pasti mbak² jawa..!

Apalah jadinya bila mereka saling bertukar lahan..? inang² ganti jualan jamu, abang² batak coba jualan bakso?

pagi jam 7, saat aku menuju puskesmas lewat  gurun panjang. Mbak jamu dengan semua perlengkapan, mulai bergerak menjemput rejekinya.

Mengandalkan kekuatan kaki dan punggung, mbak² tangguh ini berjalan menggendong botol² kaca berisi jamu yang sudah mereka racik pada dini hari, meski peluh menetes dan kaki melepuh mereka terus berjalan menemui pelanggan dari pintu ke pintu.

Ada beberapa yang menggunakan motor atau sepeda, namun kebanyakan mereka memang berjalan kaki. Mbak² yang bersepeda  biasanya membawa barang dagangan yang lebih bervariasi, dalam jumlah yang tentu saja lebih banyak.

Foto yang di atas ini adalah mbak jamu langganan puskesmas. Seperti ada aturan tak tertulis, mereka mempunyai daerah kekuasaan masing² dan tidak boleh saling serobot. Mbak jamu langganan di puskesmasku tentu berbeda dengan langganan puskesmas lain. Apabila seorang mbak jamu pensiun biasanya sebelum berhenti ia akan memperkenalkan gantinya terlebih dahulu.

Mbak jamu yang dulu, berhenti karena usaha mie ayam dan bakso milik suaminya sudah sangat maju sehingga ia harus ikut bantu berjualan di warung bakso. Waktu terakhir datang blio bilang, “sedih banget lho gak jualan jamu lagi di sini, tapi klo perlu peyek tetep telpon saya ya bu..” rempeyek bikinan mbak mantan  ini lumayan enak.

Selain jamu, hampir semua mbak jamu di Bukik ini membawa penganan sebagai barang dagangannya. Biasanya berupa gorengan, rempeyek, kripik yang dibungkus kecil, tahu telor bacem buat lauk siang dan bihun goreng. Aku paling sering beli tahu bacem, tanpa telor. Tahu bacem bikinan mbak ini rasanya pas, tidak terlalu manis, sesuai seleraku.

Ibu² pelanggan jamu di puskesmas lumayan cerewet untuk memastikan bahwa jamu bikinan mbak jamu harus benar² alami, yang diolah secara tradisional dengan alu dan lumpang untuk menumbuk. Itu gara² bapak yang di toko rempah suka bilang hati² karena kadang ada juga tukang jamu yang nakal, racikan air kunyit tidak dibuat dari bahan segar tetapi hanya mencampur bubuk kunyit yg banyak dijual di toko rempah dengan air.

Semoga mbak² ini tetap teguh dengan cara pengolahan yang bersih dan alami, tanpa mencampur dengan bahan² yang malah merusak kesehatan. Aku percaya justru pengolahan bahan segar dengan cara tradisional itulah yang membuat jamu gendong tetap diminati sampai kapanpun. Tetap semangat ya mbak..!

Dari Instagram alon.mlampah – Pembuatan jamu tradisional di pawon Jamu Ginggang, Pakualaman Yogyakarta

Leave a comment