Melihat Keluar Jendela

*ditulis tahun 2009

“Ibuuuu.., nenek saya juga suka duduk di depan jendela, itu kan kerjaannya orang tua..!” begitulah suatu kali gurauan Supriyono, supir  ambulans di puskesmasku yang lama, ketika mendapati aku memandang agak lama keluar jendela.

Jendela dan orang lanjut usia, membuat aku teringat nenek. Supriyono memang benar, karena bagi nenekku jendela adalah kehidupannya sekarang.

Lokasi favorit beliau adalah dekat meja setrikaan, di sanalah satu-satunya jendela yang langsung menghadap ke jalan raya. Beberapa jam dalam sehari beliau akan duduk di sebuah kursi rotan, mengawasi hilir mudik warga kampung. Bila ada orang yang beliau kenali lewat, maka sesekali nenekku akan keluar memanggil orang tersebut kemudian mengajaknya berbincang.

85 tahun sudah nenekku tinggal di rumah ini, rumah tua yang  sudah sedikit direnovasi. Pemandangan dari jendela itu tentu saja sudah banyak berubah. Tak ada lagi penjaja pisang goreng dan ketan yang keliling kampung [waktu aku SMP masih ada]. Tak banyak lagi delman/bendi yang hilir mudik [dulu hanya sedikit angkutan umum ke jalur ini, sehingga pulang dari pasar orang biasa menumpang bendi, perginya cukup jalan kaki saja] Aku selalu takut bila di tengah malam buta terdengar ringkik kuda di depan rumah,  gara-gara sobatku, shanty bilang bahwa kuda suka tiba-tiba mogok dan meringkik bila bertemu makhluk halus.

Dan sudah lama berlalu, kolam di depan itu menghilang sejak aku kelas 5 SD untuk keperluan pelebaran jalan raya. Dulu kegiatan pagi warga kampung berada di sana, cuci pakaian, cuci piring, mandi. Sekarang pun masih ada kolam-kolam yang digunakan untuk itu, di kampung Ujung kebanyakan rumah masih mempunyai kolam.

Kembali ke jendela. Jendela bagi nenekku mungkin sama dengan mengenang. Mengenang adalah hak nenekku sebagai seseorang yang sudah melalui begitu banyak episode kehidupan. Dan pasti  banyak kenangan yang sudah aku rampas dari nenek, karena aku tidak bisa menjaga semuanya tetap sama seperti dulu.

Jika aku menjadi nenek, pasti akan marah dan sedih bila segala sesuatu yang dicinta berubah atau hilang. Mungkin itulah sebabnya saat usia kita bertambah akan ada beberapa ingatan yang menghilang dari bagian-bagian kenangan. Aku rasa begitulah  cara Allah SWT menjaga kita agar tetap bisa tersenyum sampai di usia senja.

…suatu saat bila aku sempat menjadi tua seperti nenek, di balik jendela yang manakah aku akan duduk?

 

note: ditulis 15 tahun yang lalu. Sekarang nenek sudah tiada dan saya pun sudah tua. Belum sempat duduk-duduk di depan jendela, mungkin nanti jika saya sudah pensiun.

Leave a comment