Kisah Sebenarnya Narumalina

Pertama kali menulis tentang Narumalina, dua belas tahun yang lalu. Saat itu aku menulis berdasarkan ingatan membaca bukunya ketika kelas 3 SD [sekarang sudah hampir 40 tahun yang lalu]. Ternyata ada beberapa yang salah dalam alur ceritaku. Aku mencampur aduk antara kisah Narumalina dengan Heidi si Anak Gunung.

Setelah hampir 40 tahun kemudian, akhirnya kudapatkan buku tersebut. Narumalina, karya O.R Mandank tahun 1972. Hasil berburu di toko online, meskipun ada lembarannya yang hilang satu halaman. Namun cukuplah untukku mengingat kembali kisah sebenarnya Narumalina.

Pendahuluan

Sebuah dusun di lereng Gunung Marapi di Sumatera. Saya katakan saja sebuah dusun. Sebenarnya tak lebih dari tiga buah pondok yang ada di sana. Yang dua buah pondok orang berkebun tebu. Sedang yang sebuah lagi adalah yang terkukuh dan terkuat di antara ketiga pondok itu, letaknya di tepi kolam di dalam sebuah lembah.

Barang siapa yang datang ke sana pada waktu ceritera ini terjadi, niscaya akan sesat menyangka, mengira bahwa pondok ini mungkin sebuah surau yang didiami seorang Kari yang saleh. Atapnya ijuk dan berdinding papan. Halamannya selalu bersih, bersih karena sebentar-sebentar disapu oleh yang empunya.

Air kolam itu amat jernih, jernih dan bening, bening laksana kaca. Di tengah-tengahnya tumbuh sekelompok mensiang, di tepinya kembang teratai.

Di dalam air yang bening jernih itu jelas senyata-nyatanya kelihatan ikan – besar dan kecil- berenang kian kemari, berbondong-bondong dengan leluasanya.

Di tengah-tengah kebun pisang di belakang pondok itu adalah sebuah kuburan. Rupanya kuburan itu sudah lama jua, sebab lenjuang yang tumbuh di atasnya telah setinggi tegak.

Siapakah yang mendiami pondok di tepi kolam itu?

Dari sanalah asalnya ceritera….

Yang Sebenarnya

1.Narumalina sedari bayi diasuh oleh Lina sahabat dekat Mak Naruma, ibu kandung Narumalina.

2. Kuburan di belakang pondok itu adalah pusara Mak Naruma, yang meninggal dunia saat melahirkan Narumalina.

3. Mak Naruma ditinggalkan suaminya saat sedang hamil, apa penyebab tidak kuketahui karena lembaran cerita hilang pada halaman tersebut.

4. Narumalina mempunyai seorang sahabat bernama Rasimah, anak orang berkebun tebu. Temannya bermain, mengisi perian ke pancuran bersama-sama, membuat rujak mentimun dengan tengguli dan mengambil jambu perawas yang telah masak ranum di kebun. Ini gambaran masa kecilku juga, suka numpang main di kebun teman semasa SD dulu. Mengikutinya mengambil air ke pancuran, dan main masak-masakan beneran di tungku mereka. 💚

5. Narumalina teramat kasih dengan ibunya (Lina, ibu yang mengasuhnya). Dan diapun tahu pula, bahwa ibunyapun amat kasih kepadanya – kasih yang tiada terhingga. Tiada beda rasanya diasuh bukan oleh ibu kandung, karena beliau sungguh mengasihi Narumalina.

6. Menurun. Pergi ke kota. Orang gunung jolong menurun, begitulah Narumalina saat pertama kali diajak ibu ke kota. Bersama Rasimah, ia diperlihatkan macam ragam barang yang dikedaikan orang. Semuanya baru dan aneh baginya. Nama dan guna kebanyakan barang-barang itupun tiada diketahuinya. “Apa yang baik lagi kita minta beli, Simah?” begitu tanya Narumalina pada Rasimah. Ibu membelikan segala serba dua, sebuah untuk Narumalina dan satu untuk Rasimah. Barang yang dikehendaki mereka harganya tiada pula yang mahal-mahal.

7. Lina, Ibu asuh yang amat mengasihi Narumalina meninggal dunia karena diseruduk babi hutan. Babi hutan yang terkena lembing pemburu, menyeruduk membabi buta. Menyerang ke arah Narumalina yang saat itu sedang berada di kebun. Ibu melindungi anaknya yang dalam bahaya, sehingga ia sendiri cedera dan tak sadarkan diri lagi.

8. Setelah ibu meninggal dunia, Narumalina diasuh oleh keluarga Rasimah. Mereka baik dan kasih terhadap Narumalina. Berbagai upaya bapak dan ibu Rasimah untuk menghibur Narumalina agar segera terobati hatinya setelah ditinggal Ibunda.

9. Narumalina kehilangan cahaya hidupnya. Makin hari semakin murung, pendiam dan lesu. Keluarga Rasimah tak putus-putus berusaha dalam hal itu. Akan tetapi segala usaha boleh dikatakan belum berhasil, sebab perubahannya yang menimbulkan harapan belum nyata.

10. Suatu malam, Narumalina bermimpi bertemu mendiang ibu dengan seorang wanita yang memandangnya dengan air mata berlinang-linang. Ia menceritakan mimpi tersebut pada Rasimah, dan bersikeras hendak ke pusara Ibu.

11.Bapak dan Ibu Rasimah berusaha mencegah, karena kondisi Narumalina sedang tidak sehat. Tetapi ia tak dapat ditahan lagi. keras keinginannya hendak pergi ke makam ibunda.

12. Narumalina meninggal dunia, rebah di antara dua pekuburan. Kedua tangannya berpegang pada kedua ujung daun lenjuang yang menjulai dari dua pusara tersebut.

13. Dingin – dan sangat dingin. Penaka anak air yang mengalir tenang di dalam lembah. Di antara akar-akar dan urat-urat kayu. Kadang terdengar merdu, kadang sayu dan menyedihkan. Begitu gambaran penulis tentang kisah ini. Tentang Narumalina kecil yang tak mengetahui dari mana asalnya dan ke mana ia menuju. Kemudian ia berpulang dengan tidak mengenal dan mengetahui dirinya yang sebenarnya.

14. Kisah asal mula Narumalina justru dikisahkan pada bab terakhir. Bahwa Mak yang selama ini mengasuh adalah Lina, sahabat ibunya. Pekuburan yang di belakang rumah itu adalah pusara ibu kandungnya.

15. Aku mencampuradukkan antara kisah Narumalina dengan Heidi si Anak Gunung. Kupikir setelah ibunda meninggal dunia, kemudian datang seorang bibi menjemput Narumalina untuk tinggal di kota, jauh dari lereng gunung. Padahal potongan drama tersebut adalah kisah Heidi, yang dijemput paksa oleh bibinya, meninggalkan kakek dan lereng gunung yang dicintai Heidi. Harap maklum ya, aku membacanya saat kelas 3 SD, berusaha mengingat di usia yang sudah segini jadilah ceritanya tertukar.

Narumalina cover berbeda

cover Narumalina yang berhasil kudapatkan

Judul : NARUMALINA
Pengarang : OR. MANDANK.
Penerbit : PUSTAKA JAYA
Tahun terbit : 1972
Halaman : 48
Kertas: HVS
Cover : SOFT
Ukuran: 17,5 X 11,5

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN
II. NARUMALINA
III. PULANG KE PONDOK
IV. RUDJAK MENTIMUN
V. KEHIDUPAN SEHARI HARI
VI. MEMUNGUT HASIL
VII. MENGABARKAN MAKSUD
VIII. MENURUN
IX. NARUMALINA SAKIT
X. BERZIARAH KE KUBUR
XI. MENINGGAL
XII. MENURUTI IBU
XIII. ASAL MULANJA

Leave a comment