Lebu Ketiup Angin

ditulis oleh: LJ

Wetonku dan Buyung Saga sama persis, Sabtu Wage. Membaca dari beberapa artikel tentang weton dikatakan bahwa weton jawa yang lahir hari Sabtu Wage punya Neptu 13 dari Sabtu 9 Wage 4. Weton Jawa Sabtu Wage dinaungi oleh Lebu Ketiup Angin yang artinya selalu berpindah pindah tempat, baik pekerjaan maupun rumah.

Katanya rejeki kami juga gampang tertiup angin, yang ini sih, tidak perlu diambil hati ya. Yang jelas benar adanya kami sudah berpindah rumah lagi dan aku pindah kantor yang keenam kali, alamak jang!

Koto Gadang, Kecamatan Padang Ganting, Kabupaten Tanah Datar

Aku mengira akan bertugas di Koto Gadang sampai masa pensiun. Sudah membayangkan si buyung bakal sekolah TK – SD – SMP – SMA di kecamatan Padang Ganting. Ternyata hanya sempat merasakan TK di sana selama 6 bulan saja. Padahal kami sudah sering jalan kaki sore ke SD yang direncanakan bakal jadi sekolahnya si buyung saga. Melihat-melihat pekarangan sekolah di kampung yang umumnya luas, serta sawah juga bukit yang jadi pemandangan indah di belakang sekolah.

Kami pindah kemana? kali ini pindah ke kampung halaman sungguhan, tanah kelahiran bapaknya saga. Tempat di mana aku mengenyam masa SD dan SMP. Tidak ada permohonan mutasi dari aku pribadi, ini kebijakan dari kepala dinas yang tentu saja menggembirakan bagi kami.

Ada tiga orang yang dimutasi, kebetulan salah satunya adalah sejawatku warga Koto Gadang yang selama ini pulang pergi bertugas lumayan jauh ke danau Singkarak. Sehingga solusi terbaik diriku digeser agar kami sama-sama dapat bertugas lebih dekat ke kampung halaman masing-masing.

Kabupaten ini luas. Sehingga perkara mutasi tidaklah mudah bagi yang pernah mengalaminya. Jarak antar kecamatan cukup jauh, tidak seperti di kota jarak ke kecamatan sebelah hanya sepelemparan sandal.

Di kota Bukittinggi ataupun Jogja, biasanya ada mutasi rutin. Rolling pertukaran petugas setiap 5 tahunan. Tidak begitu banyak kendala, karena jarak antar kecamatan umumnya dekat sekali. Sehingga kantor yang baru tetap dapat dicapai dengan mudah dari rumah.

Alhamdulillah, diriku mutasi ke kampung halaman. Tidak perlu memikirkan akan tinggal di mana, karena ada rumah kosong yang bisa kami tumpangi. Hanya perlu sedikit repot karena harus mengemasi barang-barang yang ternyata lumayan menguras tenaga juga.

Sebagai ingatan untuk buyung saga, aku tuliskan di mana ia pernah tinggal selain di tempat kelahirannya Sorosutan, Wirosaban Kota Yogyakarta

Tapi Selo

Saga menyebutnya Rumah Kakak Icha, karena kami bertetangga dengan Icha sekeluarga. Pemilik rumah adalah makwo-nya Icha, yang tinggal di rantau. Bertempat di tepi sungai Batang Selo, sehingga dikenal dengan sebutan kampung Tapi Selo. Rumah ini kami tempati saat awal bertugas di Koto Gadang, hanya dua bulan saja, sementara menunggu rumah dinas bisa kami huni.

Tapi Selo, Koto Gadang, Padang Ganting

Yang sepertinya berkesan bagi Saga, rumah ini berada persis di depan Surau Katapiang. Setiap sore ramai dengan anak-anak yang belajar Al-Qur’an. Sehabis ashar, halaman rumah sewaan ini dijadikan tempat berjualan minuman dan makanan kecil oleh ibunya Icha. Tentu saja menyenangkan bagi Saga, karena bisa ikut beli jajanan di ibunya Icha.

Kampung Sudut

Setelah dua bulan, ada dua rumah dinas yang bisa ditempati. Satu berada dalam pekarangan Puskesmas, satu lagi berada di belakang balai (pasar). Aku memilih rumah dinas yang berada dekat balai, karena di sana bertetangga dengan pegawai puskesmas yang mempunyai anak seusia saga. Disebut kampung sudut, karena memang hanya berupa satu sudut saja berisi 4 rumah, sisanya sawah dan balai.

Pilihan yang tepat, karena saga bisa leluasa bermain di sana dengan teman-temannya. Sekali seminggu ikut merasakan kesibukan warga, dari pagi buta menyiapkan barang dagangan. Yang paling berkesan tentu saja beraneka jajanan pasar yang tidak kaleng-kaleng enaknya.

Si buyung dan penghuni kampung sudut, tante bidan intan + indri, om satpam fadli dan om beri petugas rekam medis

Pemandangan di sekitar Puskesmas, terlihat Sungai Batang Selo

Selamat tinggal kotogadang, padang ganting dan sekitarnya. Meskipun masih satu kabupaten, kami akan sangat jarang melewati kawasan ini, karena berlawanan arah dengan kota Bukittinggi. Sekarang bisa pulang ke rumah aur tiap minggu karena jaraknya menjadi semakin dekat.

Kampung Datar

Di sinilah kami sekarang, tinggal di rumah neneknya Saga dari pihak bapak. Tinggal di rumah bako begitu sebutannya di ranah minang. Kampung sini berada pada dataran lumayan luas, sehingga disebut kampung Datar. Sedangkan perkampungan tetangga ada yang berada di lereng bukit, tepi lembah, puncak bukit dan tepi telaga.

Negeri berkabut dan gerimis senantiasa, indah jika dituliskan. Tapi tidak begitu indah pada kenyataannya, kami malas mandi karena kedinginan terus menerus dan cucian susah keringnya.

TK-nya saga berada di satu tanjakan lereng bukit, menjemputnya pulang sekolah adalah sesuatu banget buat emaknya ini, harus atur napas. Namun dia senang dan antusias karena dari sekolah terlihat jelas puncak gunung Marapi yang kemarin ini erupsi terus-terusan. Saga bilang, gunungnya meledak!

***

Sekarang si buyung sudah SD, di sebelah puskesmas. Jika uang jajannya kurang, biasanya jam istirahat dia muncul minta tambah uang dua ribu.

Leave a comment