Sekelumit Kisah Novelis Legendaris di Kampung Sekayu, Semarang

sumber: https://pingpoint.co.id/berita/sekelumit-kisah-novelis-legendaris-di-kampung-sekayu-semarang

Siapa yang tak mengenal sastrawan legendaris bernama NH Dini. Perempuan dengan nama lengkap Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin ini kerap dikenal sebagai penulis novel berlatar negara-negara luar. Selain novel, ia juga aktif menulis berbagai genre sastra seperti puisi, drama dan cerita pendek. Dikutip dari kemendikbud.go.id (12/9/2021), NH Dini memang tidak sempat mengenyam pendidikan di perguruan tinggi karena ayahnya telah berpulang di usianya yang baru 13 tahun. Meskipun begitu, Dini kecil yang haus akan ilmu tak pantang menyerah, ia sering mengikuti pendidikan seperti pendidikan untuk menjadi pegawai GIA, Kursus B-1 Sejarah dan bahasa asing pada tahun 1957 di Semarang.

Ia pun pernah bekerja sebagai penyiar RRI Semarang dan menjadi pramugari setelah lulus dari pendidikan di GIA (1957-1960). Pada tahun 1960, NH. Dini menikah dengan seorang diplomat Perancis, Yves Coffin yang sedang bertugas di Indonesia, kemudian mereka berpindah ke Jepang, Kamboja dan menetap di Perancis. NH Dini dikarunia dua anak yaitu Marie Glaire Lintang dan Louis Padang. Sempat menjalani rumah tangga selama 20 tahun, pasangan ini harus bercerai yang membuat NH Dini harus kembali ke tanah air pada tahun 1980.

Kesehatannya sempat menurun karena penyakit kanker yang dideritanya, namun setelah pulih pada tahun 1986, NH Dini kembali aktif menulis dan membimbing anak-anak di pondok bacanya yang berada di Pondok Sekayu, desa Kedung Pani, Semarang pada tahun 1986. Adalah Oeti Oetono yang kini menempati rumah kenangan NH Dini kecil di Jl Sekayu Raya no 348, Semarang. Ia merupakan salah satu keponakan sang novelis yang masih mengenang bagaimana kehidupan NH Dini saat berada di rumah lamanya tersebut. Menurut Oeti, usai dari Perancis, NH Dini sempat beberapa kali berpindah tempat di beberapa daerah di Semarang seperti Ngaliyan, Ungaran hingga Banyumanik setelah sebelumnya menetap di Yogyakarta.

Oeti mengaku masih mengingat momen ketika NH Dini memintanya untuk dibuatkan rumah gebyok di belakang rumah yang akan dipergunakan sebagai taman baca juga tempatnya mencari inspirasi menulis. “Setelah dari Perancis, NH Dini memang sempat kembali sebentar ke rumah ini. Kira-kira di tahun 87-88. Beliau meminta dibuatkan ruangan dari gebyok atau anyaman kayu itu di belakang rumah untuk dirinya menulis dan membuat taman baca bagi anak-anak sekitar sini. Tapi sekarang sudah nggak ada lagi rumah gebyok itu,” ujar Oeti dalam keterangan tertulis yang diterima Pingpoint.co.id (2/8/2021).

Rumah kenangan NH Dini masa kecil ini terlihat seperti bangunan kuno yang usianya lebih dari 100 tahun, namun tampak masih terawat. Oeti mengatakan memang ada perubahan di beberapa bagian rumah terutama pada halaman depannya. Sebagian pohon yang dahulu tumbuh pun sudah ditebang dan hanya menyisakan satu pohon mangga di halaman tempat NH Dini bermain. “Dahulu di sebelah timur halaman ini ada pohon sawo, jambu mete, dan belimbing. Sekarang sudah nggak ada. Dulu NH Dini kecil sering bermain di halaman ini. Sebelum adanya banyak pembangunan, kelihatannya halaman ini luas banget. Angin berembus ini masih bisa dirasakan,” ungkap Oeti kemudian.

Jika masuk ke dalam rumahnya, ada perubahan yang sangat mencolok dimana kamar NH Dini dahulu kini telah berubah menjadi dapur. Menurut Oeti setelah NH Dini meninggal dunia, sesuai dengan surat wasiat yang ditulisnya, semua barang-barang peninggalan almarhumah diserahkan kepada anak angkatnya. Walaupun tidak ada lagi jejak fisik dari benda peninggalan NH Dini, ternyata rumah ini memiliki kesan tersendiri bagi sang Novelis, hingga melahirkan satu novel terbaiknya berjudul Sekayu. Beberapa novel terbaik lainnya yang lahir di rumah ini di antaranya berjudul Pada Sebuah KapalLa BarkaNamaku HirokoKeberangkatanSebuah Lorong di KotakuPadang Ilalang di Belakang RumahLangit dan Bumi Sahabat KamiPertemuan Dua HatiDari Parangakik ke Kampuchea.

Semasa hidupnya, Oeti mengenang pengarang sastra prosa Indonesia terkemuka ini sebagai sosok yang mencintai tanaman bahkan ia banyak belajar tentang cara merawat tanaman dari sang Bibi. Ia mengisahkan jika perlakuan NH Dini pada tanaman sangat istimewa karena beliau kerap mengajak berbicara tanaman koleksinya. Menurut sang penulis Novel Sekayu ini, tanaman sama dengan makhluk hidup lainnya yang harus diperlakukan dengan baik karena jika diperlakukan secara sembarangan pertumbuhan tanaman akan terhambat.

Oeti memiliki pengalaman ketika dirinya memetik bunga melati dengan tangan, seketika itu pengarang yang juga intens membicarakan masalah perempuan ini menjadi marah dan mendiamkan dirinya. “Beliau nggak suka seperti itu. Beliau kalau mau memetik atau memotong tanaman selalu menggunakan gunting. Karena saya pernah baca kalau tanaman dipotong sembarangan tumbuhnya akan jelek. Mungkin itu yang menjadi alasan NH Dini marah sama saya dulu,” tandasnya mengenang sang penulis Novel berkualitas ini.

Rumah Masa Kecil Sastrawan NH Dini

Jl. Sekayu Raya No.348

Leave a comment