Dead Poets Society (1989)

sumber: wikipedia

Dead Poets Society adalah film Amerika produksi 1989 yang bercerita tentang seorang pengajar bahasa Inggris di sebuah sekolah khusus laki-laki pada 1950-an yang memberi inspirasi muridnya untuk selalu membuat perubahan dalam hidup mereka dan mengajak mereka tertarik puisi.

Film berlatar di Akademi Welton di Vermont, syuting asli bertempat di St. Andrew’s School di Delaware. Sebuah buku, yang diadaptasi dari skenario film ini, juga diterbitkan dalam judul yang sama (sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia) ditulis oleh Nancy H. Kleinbaum.

Plot cerita

Tujuh anak lelaki, Neil Perry (Robert Sean Leonard), Todd Anderson (Ethan Hawke), Knox Overstreet (Josh Charles), Charlie Dalton (Gale Hansen), Richard Cameron (Dylan Kussman), Steven Meeks (Allelon Ruggiero) dan Gerard Pitts (James Waterston) baru saja masuk Akademi Welton. Sekolah ini adalah sekolah berasrama yang menganut prinsip: Tradisi, Kehormatan, Disiplin, dan Prestasi.

Pada awal dimulainya kelas, seorang guru pengganti bahasa Inggris, Pak Keating (dimainkan oleh Robin Williams), baru saja memulai pelajaran. Seorang siswa membaca pengantar buku tentang puisi, yang menyebutkan bagaimana mengukur kualitas sebuah puisi, yang dapat diukur dan diberi skala, proses ini sudah umum dalam literatur klasik waktu itu. Keating, sebaliknya menyuruh muridnya merobek halaman pengantara puisi di buku tersebut. Seluruh film ini adalah proses penyadaran, di mana para murid (dan juga pemirsa) melihat bahwa otoritas lembaga (seperti sekolah) dapat dan selalu berupaya menjadi pengarah, tetapi hanya diri kita sendiri yang dapat mengetahui siapa diri kita.

Pemikiran bebas seperti ini menjadi sebuah masalah ketika Neil, seorang murid, yang memutuskan belajar drama daripada kedokteran (yang disarankan orang tuanya). Neil akhirnya bunuh diri di ruang kerja ayahnya setelah penampilan perdana dramanya di sekolah gagal menyenangkan orang tuanya.

Penghargaan dan nominasi

Film ini memenangi Penghargaan Oscar untuk kategori Skenario Asli, dan juga nominasi Pemeran Utama Pria Oscar untuk (Robin Williams), Sutradara Terbaik Oscar dan Film Terbaik Oscar.

Film ini menjadi film wajib yang diputar di kelas Inggris sekolah menengah di Amerika Utara.

Kutipan

  • Tidak peduli siapapun bilang padamu, ide dan kata dapat mengubah dunia.
  • Dengar, kamu dengan ‘kan? — Carpe — dengar ‘kan? — Carpe, carpe diem, isilah harimu anak-anak, jadikan hidupmu luar biasa.
  • Oh Captain, My Captain!

review 2:

https://www.kompasiana.com/biliksukma/55ae4bf32cb0bd3a22e4bf86/review-film-dead-poets-society-1989?page=all

“Aku pergi ke hutan karena aku ingin hidup dengan bebas. Aku ingin hidup secara mendalam dan membuang semua inti kehidupan.... untuk mengalahkan semua yang bukan bagian dari kehidupan; dan bukan untuk, ketika aku mati nanti, menemukan bahwa selama ini aku tidak hidup.” – Hendry David Thoreau

Film yang disutradarai oleh Peter Weir ini berlatar sebuah sekolah khusus laki-laki bernama Welton Academy di New England pada tahun 50-an. Dimana sekolah yang dikenal eksklusif dengan reputasi hebatnya tersebut, mengharuskan setiap murid mengikrarkan empat pilar dari akademi yaitu tradisi, kehormatan, disiplin, dan excellence.

Di akademi tersebut Todd Andeson (Ethan Hawke) yang pemalu dan kaku bertemu Neil Perry (Robert Sean Leonard) seorang murid ambisius yang menjadi teman sekamar di asramanya. Keduanya adalah anak yang mendapatkan tekanan untuk menjadi apa orang tua mereka inginkan, Todd menjadi pengacara dan Neil menjadi dokter. Namun tanpa mereka berani menyatakan apa yang hati kecil mereka inginkan.

Selama hari pertama kelas Todd dan Neil mengalami berbagai metode pengajaran yang meliputi pengajaran yang konvensional oleh guru trigonometri, guru Latin, dan guru matematika. Sampai akhirnya sosok guru yang “luar biasa” hadir di kelas mereka sambil bersiul 1812 Overtune melintasi kelas, kemudian keluar lagi. Tak lama guru tersebut kembali sambil megatakan, “Ayo!”, yang artinya mereka harus mengikuti sang guru untuk belajar diluar ruangan kelas.

“kita semua adalah makanan cacing, Kawan.” ujar Mr. Keating, seorang guru sastra Inggris dengan pandangan-pandangan tak lazim yang diperankan oleh Robin Williams dalam film yang dirilis pada tahun 9 Juni 1989, Dead Poets Society. “Masing-masing dari kita suatu hari nanti akan berhenti bernafas dan, membeku dan mati.”
Recommended by

Kata-kata itu ditujukan pada murid-murid yang masih polos, sehingga kesadaran mereka terkejut dengan apa yang baru saja mereka dengar.

“Carpe diem, Kawan, Rengkuhlah hari!” lanjut Mr. Keating, “Buatlah hidupmu menjadi luar biasa.”

Film yang menyabet 1 akademi award untuk best writing screnplay ini memang benar-benar mengoyak sisi pemberontak dari darah muda, darahnya para remaja. Pada satu adegan Mr. Keating membuat anak seluruh berdiri di atas meja untuk melihat dunia dari perspektif yang berbeda karena alam semesta lebih luas daripada yang mereka pikirkan. Hal ini yang merupakan cara lain ia menunjukkan ketidaksesuaian dan kebebasan.

Lantas apa yang dimaksud Dead Poets Society itu sendiri. Saya pikir menonton sendiri dan menikmati setiap bagian alur ceritanya akan lebih menarik, dibanding saya ceritakan details di review ini.

Ada satu quote yang saya suka dari film ini “Kita tidak membaca dan menulis puisi sebab hal itu manis. Kita membaca dan menulis puisi sebab kita merupakan bagian dari umat manusia. Dan umat manusia dipenuhi dengan gairah. Pengobatan, hukum, bisnis, teknik: Itu semua adalah pekerjaan yang mulia dan diperlukan untuk mempertahankan hidup. Tetapi puisi, kecantikan, asmara, cinta… Berguna bagi kita untuk tetap hidup.”

Dengan konflik cerita Mr. Keating dan muridnya, serta konflik khusus yang terjadi pada Neil, membuat film yang berdurasi 130 menit ini terasa sangat menegangkan buat saya. Film bergenre drama berlatar edukasi ini saya beri rating 9/10, film yang sangat saya rekomendasikan bagi pecinta film dan puisi. Meski lagi-lagi ini merupakan film lawas.


Leave a comment