Cerita Tempe Koro

tempe koro dipreteli untuk melihat wujud koro-nya

Tak pernah terlintas di pikiran saya bahwa ternyata  ada tempe yang dibuat dengan menggunakan bahan selain kedelai. Pernah sih, bertemu tempe kedelai yang dicampur jagung, tapi tetap kedelai bahan utamanya. Pertamakali mendengar istilah tempe Koro dari warung angkringannya Bu Hanafi, di dekat puskesmas. Suatu waktu saya meminta Ika, anaknya bu Hanafi untuk membungkuskan  tempe goreng 10 potong, Ika berkata bahwa yang tersisa hanya tempe koro. Saya yang baru pertama kali mendengar kata ‘koro’  balik bertanya, “koro itu tempenya diapain, Ka..?” saya pikir “koro” adalah suatu teknik memasak. 😀

Ternyata tempe koro adalah tempe yang terbuat dari kacang koro. Informasi dari wikipedia dan beberapa sumber mengatakan bahwa kacang koro merupakan salah satu kelompok kacang polong (lagume) yang paling populer dan gampang dijumpai di pasaran. Kacang dengan bijian berkulit agak keras, memiliki nama latin Canavalia Ensiformis yang berasal dari Amerika selatan, dan kini telah tumbuh dan berkembang di kepulauan nusantara. Kacang koro memiliki beberapa sebutan seperti kacang biduk, kacang kajih, kacang bado, kara wedus dan kacang peda. Kacang koro mempunyai 3 jenis, yaitu canavalia gladiata atau kacang koro pedang, mucuna prurien atau kacang koro benguk, psopocarpus tetragonolobus atau kacang koro kecipir.

koro pedang (pic: pascapanen.litbang.go.id)

Di Bukittinggi saya belum pernah bertemu kacang koro, yang populer di sana adalah kacang pagar, biasa digunakan untuk campuran gulai dalam lontong sayur. Kesan pertama mencicipi tempe koro goreng membuat kening berkerut karena  terasa beda di lidah, tak mulus seperti tempe kedelai yang biasa disantap sehari-hari. Agak kasar, tapiii…. tapi kok bikin ketagihan ya..? Besoknya pesan 10 potong lagi di warungnya Ika, beneran enak..!

proses penggorengan tempe koro di warung ika

Karena harga kacang koro lebih murah, di jaman dahulu banyak yang membuat tempe dengan menggunakan kacang koro pedang  atau yang disebut juga Jack Bean ini. Genduk di Seberlawan sana juga bercerita bahwa dulu simbah sering bikin tempe koro, dan di lidah genduk yang masih remaja itu tempe koro baginya kurang sedap. Mungkin karena beda selera ya, bagi saya tempe koro justru lebih nendang citarasanya.

Setelah ditelusuri lebih jauh ternyata  mengolah kacang koro menjadi tempe memang lebih sulit daripada kedelai, makanya jarang sekali saya menemukan penjual tempe koro di pasar-pasar. Salah pengolahan mengakibatkan rasa tempe menjadi asam. Untuk mempermudah pencarian akan tempe koro, saya memilih untuk pesan yang digoreng saja di warungnya Bu Hanafi. Berdasarkan informasi beliau di pasar Kotagede pun yang berjualan tempe koro hanya dua orang. Ke pasar agak siangan, tempene telas.. 😯

Tempe koro sing enak’e manteb tenan

Di warungnya ika, ternyata saya juga punya saingan yang sama ketagihan tempe koro. Biar gak kehabisan biasanya pagi saya sudah pesan ika duluan, minta disimpankan tempe koro gorengnya. 😉

Leave a comment