Sumber: Muhammad Akhyar (goodreads)

Simpulan cepat: untung saya membaca buku ini (yang telah berganti sampul berwarna merah) berdekatan dengan jilid II-nya. Jika tidak bisa tersiksa saya. 
Seperti yang diakui oleh Reda, ia menulis buku ini begitu pelan, tetapi sayangnya saya membacanya begitu cepat. Sebuah buku sekali duduk, meminjam istilah kawan saya Johan.
Na Willa memang masih anak-anak, tetapi seperti yang kita tahu sama tahu, anak-anak tak selalu berperilaku sebagaimana yang orang dewasa inginkan, tetapi motif mereka jarang sekali buruk. Di situlah, seringkali kenakalan menjadi suatu hal yang menggemaskan, bisa pula menjadi sesuatu yang mengharukan, seperti Dul yang mengetuk-ngetuk gembira kaki palsu pengganti kakinya yang terlindas kereta.
Cerita Na Willa hangat, tetapi di sana sini ada nuansa “orenkrus”nya, semacam gigitan soda ketika kamu meneguk minuman ringan itu. Ada asal-muasal rasisme, ada pernikahan yang tak diinginkan, ada sistem pendidikan yang tak baik, tetapi ada juga harapan bahwa hidup bersama dengan yang lain, dengan yang berbeda adalah hal bisa dan sangat mungkin dilakukan.

note: buku ini dulunya berjudul ” Na Willa: Serial Catatan Kemarin” dicetak ulang dengan cover baru.