Jakarta, November 1991
Sejak 17 Agustus 1945 aku menjadi warganegara Indonesia, sebagaimana halnya dengan puluhan juta orang penduduk Indonesia waktu itu. Waktu itu umurku 20. Tetapi aku sendiri berasal dari etnik Jawa, dan begitu dilahirkan dididik untuk menjadi orang Jawa, dibimbing oleh mekanisme sosial etnik ke arah ideal-ideal Jawa, budaya dan peradaban Jawa. Kekuatan pendidikan yang dominan dan massal adalah melalui sastra, lisan dan tulisan, panggung, musik dan nyayian, yang membawakan cuplikan-cuplikan dari Mahabharata: sebuah bangunan raksasa yang terdiri dari cerita falsafi dan tatasusila, acuan-acuan religi, dan dengan sendirinya resep-resep sosial dan politik. Enerzi, dayacipta, pergulatan, telah dikerahkan berabad, melahirkan candi-candi dan mythos tentang para raja yang sukses, dan mendesak dewa-dewa setempat menjadi dewa-dewa kampung. Untuk itu “jutaan” manusia sepanjang sejarah etnikku terbantai. Tentu saja tidak angka resmi bisa ditampilkan. Yang jelas, sejalan dengan pendapat pakar Cornell, Ben Anderson, klimaks Mahabharata adalah “mandi darah saudara-saudara sendiri”. Memang pada jamannya sendiri…
View original post 4,397 more words
