


Ndalem Kaneman
sumber: Instagram@kratonjogja
Tidak semua rumah Jawa dapat disebut Ndalem. Setiap Ndalem memiliki nama, biasanya sesuai dengan nama dari bangsawan yang menempati kompleks hunian tersebut.
Di samping itu, terdapat penambahan awalan ka- atau akhiran -an. Sebagai contoh, rumah GKR Anom disebut Ndalem Ka-anom-an, yang lantas disebut dengan Kaneman. Sedangkan kediaman KRT Jayadipura, dibubuhi akhiran -an menjadi Dalem Jayadipuran.
Tak jarang penamaan Ndalem mengacu pada tanda kepangkatan dalam struktur keraton, seperti misalnya rumah putra mahkota, Pangeran Adipati Anom, disebut Ndalem Kadipaten (Ndalem Mangkubumen) atau rumah seorang kumendan (komandan prajurit keraton) berjuluk Ndalem Kumendaman.
Nama sebuah ndalem juga dapat berubah jika berpindah tangan karena pemiliknya wafat dan berbagai sebab lainnya. Sebagai contoh, Ndalem Dipowinatan (1874) beralih kepemilikan (1917) sehingga namanya menyesuaikan pemilik yang baru menjadi, Ndalem Jayadipuran.
—
Not every Javanese house is called a Ndalem. Each Ndalem has a name, usually according to the name of the royal family who occupies the residential complex.
The name is added with prefix ka- and suffix -an. For example, the house of GKR Anom is called Dalem Ka-anom-an, which is then called Kaneman. While the residence of KRT Jayadipura was added the suffix -an and called Dalem Jayadipuran.
Oftentimes, the naming of Ndalem refers to the ranking in the palace structure, such as the house of the crown prince, Pangeran Adipati Anom which called Ndalem Kadipaten (Ndalem Mangkubumen) or the house of a kumendan (palace warrior commander) known as Ndalem Kumendaman.
The name of a ndalem can be changed if the ownership is transferred due to the death of the former owner and various other reasons. For example, the ownership of Ndalem Dipowinatan (1874) was transferred (1917), its name was then changed to Ndalem Jayadipuran.

Ndalem Kumendaman
__________
Photo: Tepas Tandha Yekti
