sumber: Instagram @kratonjogja

Sasana Hinggil Dwi Abad
Tiga pelataran yang terletak di sebelah selatan keraton adalah Sitihinggil Kidul, Kamandungan Kidul, dan Area Kemagangan.
Sitihinggil Kidul dahulu berfungsi sebagai tempat raja menyaksikan latihan prajurit sebelum Garebeg. Tahun 1956 di Sitihinggil Kidul dibangun Gedhong Sasana Hinggil Dwi Abad sebagai monumen peringatan 200 tahun berdirinya Keraton Yogyakarta.



Regol dan Bangsal Kamandungan Kidul
Selanjutnya, terdapat Bangsal Kamandungan Kidul yang merupakan salah satu bangsal tertua yang berada di kawasan keraton. Bangsal ini diboyong Sri Sultan Hamengku Buwono I dari Desa Karangnongko, Sragen (Sukowati) yang dulu digunakan sebagai tempat tinggal beliau saat melawan VOC.
Pada plataran ini terdapat Regol Kamandungan Kidul yang menghubungkan dengan Sitihinggil Kidul.

Bangsal Kemagangan
Di Plataran Kemagangan, terdapat beberapa bangunan yaitu Bangsal Kemagangan, Panti Pareden di sisi barat dan timur, dan Bangsal Pacaosan. Bangsal Kemagangan dahulu berfungsi sebagai tempat berlatih para Abdi Dalem



Area Pacaosan, Gadhung Mlati dan area Kamandungan Kidul
..
Three pelataran(yards) located at the southern part of the royal court’s main complex are Sitihinggil Kidul, Kamandungan Kidul, and Kemagangan Area.
Sitihinggil Kidul used to function as the place for the king to watch the knights and soldiers trained before Garebeg ceremony. In 1956, Gedhong Sasana Hinggil Dwi Abad was built in Sitihinggil Kidul as the monument to commemorate the day the Royal Court of Yogyakarta was established.
Then, there is, Bangsal Kamandungan, one of the oldest wards in the royal court. This ward was brought by Sri Sultan Hamengku Buwono I from Karangnongko Village, Sragen (previously named Sukowati), which was used as his resident during the war struggle against VOC.
The yard also contains a regol which connects the Sitihinggil Kidul and Regol Kamandungan Kidul.
In Plataran Kemagangan, there are several buildings, which are Bangsal Kemagangan, Panti Pareden on the western and eastern, and Bangsal Pacaosan. Bangsal Kemagangan was used as the place for the royal retinues to train.
(sumber: facebook kratonjogja)
Tiga pelataran yang terletak di sebelah selatan area inti keraton adalah Sitihinggil Kidul, Kamandungan Kidul, dan Area Kemagangan. Sitihinggil Kidul dahulu berfungsi sebagai tempat raja menyaksikan latihan para prajurit sebelum upacara Garebeg. Pada tahun 1956 di Sitihinggil Kidul dibangun Gedhong Sasana Hinggil Dwi Abad sebagai monumen peringatan 200 tahun berdirinya Keraton Yogyakarta.
Di area Kamandungan Kidul, terdapat Bangsal Kamandungan Kidul dan Bangsal Pacaosan. Bangsal Kamandungan merupakan salah satu bangsal tertua yang berada di kawasan keraton. Bangsal ini diboyong Sri Sultan Hamengku Buwono I dari Desa Karangnongko, Sragen (sebelumnya bernama Sukowati) yang dulu digunakan sebagai tempat tinggal beliau saat melawan VOC. Sedangkan Bangsal Pacaosan dulunya digunakan Abdi Dalem untuk berjaga (caos). Pada plataran ini juga terdapat regol yang menghubungkan dengan Sitihinggil Kidul yaitu Regol Kamandungan Kidul.
Di Plataran Kemagangan, terdapat beberapa bangunan yaitu Bangsal Kemagangan, Panti Pareden di sisi barat dan timur, dan Bangsal Pacaosan. Bangsal Kemagangan dahulu berfungsi sebagai tempat berlatih para Abdi Dalem, sedangkan kini digunakan untuk pementasan wayang kulit. Panti Pareden sendiri berfungsi sebagai tempat menyusun gunungan dalam upacara Garebeg. Di area ini, Bangsal Pacaosan juga berfungsi sebagai tempat Abdi Dalem berjaga. Diantara Plataran Kemagangan dengan plataran Kamandungan Kidul dihubungkan oleh Regol Gadhung Mlati.

Panti Pareden
______
Photo: Tepas Tandha Yekti
Upacara Tumplak Wajik di Keraton Yogyakarta selalu dilakukan di sebuah tempat/bangunan yang dinamakan Panti Pareden yang berada di kompleks Kemagangan Keraton Yogyakarta. Disebut Panti Pareden karena bangsal ini digunakan untuk membuat redi/ardi yang berarti gunung, yang dalam hal ini adalah gunungan untuk keperluan Upacara Garebeg Sekaten. Panti Pareden merupakan dua bangunan yang berada di Kompleks Kemagangan, yaitu di sisi tenggara dan sisi barat daya Bangsal Kemagangan.
Bentuk bangunan Panti Pareden tidak menyerupai bangunan tradisional Jawa. Panti Pareden memiliki bentuk bangunan memanjang dari utara ke selatan. Ditopang oleh tiang-tiang beton berukuran besar dan dicat putih. Kemudian di antara tiang-tiang tersebut diberi pagar besi. Lantai yang digunakan adalah tegel kunci berukuran 20×20 cm berwarna jingga. Pada bagian atap menggunakan sirap berbahan metal. Usuk yang digunakan adalah model rigereh, yaitu susunan usuk tegak lurus satu sama lain.
Kedua Panti Pareden digunakan untuk membuat gunungan grebek masing-masing dinamai lanang (pria) dan wedok (wanita). Kondisi kedua terlihat masih kokoh karena telah dilakukan pemugaran, terlihat dari atap sirap metal yang digunakan. Dahulu atap sirap menggunakan batu sabak dan asbes. Kondisi sekitar bangunan berupa pelataran yang terbuat dari susunan batu yang sangat rapi.
