COMPREHENSIVE

oleh: Dian Nugraheni

Kemaren pas jalan-jalan olah raga hujan-hujanan di hutan kecil deket rumah sama Alma, aku ingatkan dia, “Dek, dulu pas elementary school kan kalian sering kerja bakti membersihkan hutan itu to..?”

Ya, sebab hutan kecil ini cuma berada di belakang elementary school di mana Alma bersekolah. Maka kegiatan jalan-jalan, kerja bakti, dan belajar tentang banyak hal, ya mereka akan pergi ke hutan itu.

Alma, “Aku lupa yang bagian itu…, tapi aku ingat kalau SDku itu bagus sekali untuk anak-anak agar explore everything..”

Alma, “Dulu, pas pelajaran art, anak-anak dibawa ke hutan ini, masing-masing anak dikasih kamera, suruh motret apa aja yang menarik buat dia. Lalu kemudian fotonya itu dicetak oleh guru, dan masing-masing anak boleh memilih satu potret yang dibikinnya, yang paling disukainya. Lalu habis itu, kita disuruh describe apa saja yang nampak dalam foto itu, jadi sebuah tulisan…”

Ya, itu metode America banget, sepanjang yang kutau. Anak-anak diminta untuk mempunyai experience sendiri, atau mengalami, melakukan sendiri suatu hal, kayak pegang kamera dan mengambil gambar oleh mereka sendiri, lalu melihat hasilnya, lalu mendiskripsikan sedetil mungkin.

Itu berlaku dalam hampir semua mata pelajaran. Berhitung soal uang pun, anak-anak akan diberikan uang-uangan yang dicetak mirip uang beneran, dan untuk koinnya, mereka akan bawa dari rumah.

Juga, anak-anak elementary school sudah dibiasakan untuk menganalisis, serta mempertanyakan kembali jawaban atau pendapatnya itu, apakah make sense atau tidak. Aku ingat, pelajaran matematika yang dikerjakan oleh Alma, pertanyaan terakhir dari setiap nomor adalah: “Apakah menurutmu jawabanmu itu make sense..? Jelaskan..”

Bla..bla..bla.. Begitu pindah ke Amrik saat itu, Alma masuk kelas 3 SD, Cedar masuk kelas 6 (Middle school), sejak hari pertama mereka masuk sekolah, pulangnya sudah langsung berseri-seri, dan berseru, “Aku senang sekolah di sini..”

Ya iyalah, metode belajarnya memang beda banget dengan kebanyakan sekolah di Indonesia ya, yang mata pelajarannya banyak, hapalannya banyak, gurunya banyak yang suka bully dan menakutkan😁, banyak guru yang pilih kasih karena ini itu, dan lain-lain.., maka begitu mendapatkan hal yang sangat berbeda di sekolah Amrik, anak-anak langsung merasa cocok..

Belajar itu kan bukan cuma perkara “pemadatan materi”, bukan perkara hafal semua yang ada di dunia antah berantah ini, bukan juga soal kompetisi terhadap orang lain sehingga semua anak dipush untuk bisa menggondol label rangking satu.

Belajar, sejauh yang aku terapkan pada anak-anakku di Indonesia dulu, adalah masalah kebebasan, kesenangan dan kegembiraan hati, menikmati proses, menyadari keterbatasan, oleh karena itu maka satu orang dengan yang lain akan berbeda, mengoptimalkan kemampuan dan keadaan yang ada, dan do the best.

Jangan push anak-anak untuk belajar, tapi, pancinglah anak-anak untuk mempelajari sesuatu…Itu sih kataku..🥰

Foto: Alma kecil dan kawan-kawannya dalam 4-H program, pas elementary school..Setiap program atau project akan didokumentasikan oleh gurunya, lalu foto-foto, dan hasil karya mereka akan dipajang di dinding sepanjang koridor sekolah. Maka sekolah-sekolah di Amrik, dindingnya bukan bersih mulus, atau digambarin pemandangan oleh pelukis handal, tapi merupakan dinding polos yang siap menerima semua hasil karya anak-anak sekolah tersebut. Kayak, majalah dinding gitulah, tapi gedenya segede semua dinding dalam sekolah plus dalam kelas mereka..Ini juga merupakan cerminan, bagaimana anak diajarkan untuk appreciate terhadap hal-hal yang mereka, atau orang lain lakukan.

Image may contain: 3 people, text that says 'ETIN Wherever you live, th 4-H program in your ANBE FOR YOU LEUKEMIAG PENNIESPOS YMPHOMA SOCIETY PATIENTS teach Our new ways club save welcomes Earers'

Leave a comment