Guru Aini | Andrea Hirata

Book Cover

oleh: Sharulnizam Yusof (goodreads)

“Matematika, kawan, bukan untuk si penakut!” — Guru Desi.

1.
Tanpa ragu, 5 bintang saya syorkan untuk buku terbaru Andrea Hirata ini.

2.
Buku prekuel Orang-orang Biasa ini menceritakan asal-usul kejadian rompakan yang tersungkur berlaku di Belantik oleh 9 Rombongan.

3.
Ada dua karakter utama; Guru Desi Istiqomah yang tak pernah hilang cintanya pada Matematik, dan anak muridnya yang bernama Aini, anak yang sering sakit perut dalam kelas Matematik namun bertukar cemerlang kesudahannya.

4.
Watak Guru Desi, saya kira sama saja dengan guru-guru lain di merata dunia. Waktu awalnya azam berkobar-kobar mahu mengubah anak bangsa, memajukan mereka dalam akademik, namun seperti cinta bertepuk sebelah tangan, cita-cita murni menjadi layu setiap hari yang berlalu. Hanya kerana janji pada dirinya sendiri, Guru Desi kekal bertahan sehingga bertemu Aini.

5.
Nuraini binti Syafarudin, anak kepada Dinah, yang juga pernah menjadi anak murid kepada Guru Desi, adalah satu lagi cabaran dalam dunia matematik. Disebabkan dorongan kuat mahu ayahnya sihat dengan mencapai cita-cita menjadi doktor, Aini nekad mahu berguru dengan Guru Desi yang ditakuti ramai.

6.
Pertembungan keduanya penuh emosi, dan mencetuskan letupan idea dan semangat. Guru Desi mengambil keputusan yang tak terfikir olehnya untuk mendidik Aini, yang kental dan bersungguh-sungguh separuh gila.

7.
Akhirnya, kejayaan mendakap keduanya. Namun, masih ada halangan yang menghalang Aini daripada terus terbang tinggi.

8.
Penyelesaiannya? Bacalah Orang-orang Biasa.

9.
Buku Guru Aini seperti Laskar Pelangi, tentang cinta pada ilmu dan menceritakan semangat juang untuk memperbaiki diri. Tentang penghargaan pada guru, tentang semangat juang anak yang mencintai bapanya untuk mengubah hidup. Menginspirasikan, boi. Dan kali ini, Andrea mengangkat karakter perempuan sebagai heronya. Mantul!

10.
Dan, ayat-ayatnya banyak yang lucu boi. Beberapa ayatnya bikin aku terhenti membaca, ketawa terhenjut-henjut, berhenti, lalu ketawa kembali kerana sebentar tadi sewaktu ketawa pertama kali, aku terlihat perutku yang berlemak itu turut bergegar mengikut irama ketawaku. Puih!

______________________

oleh : Jundi Alwan (goodreads)

Buku terbaik Andrea Hirata sejak Laskar Pelangi! Titik!

Membaca buku ini saya selalu teringat buku Totto-chan: The Little Girl in the Window. Bagaimana tokoh utama sangat semangat dalam belajar dengan cara mereka tersendiri.

Bagaimana Bu Guru Desi dan Kepala Sekolah Sosaku Kobayashi memahami setiap murid punya cara dan gaya belajar tersendiri yang membuat mereka unik.

Bagaimana Aini malah mengerti matematika dan semangat belajar dengan cara yang agak paradoks, spoiler kalau saya jabarkan, dari Bu Guru Desi. Sama halnya bagaimana Totto-chan lebih bersemangat bersekolah karena kemerdekaan belajar yg diberikan kepala sekolah.

Buku ini resmi saya jajarkan sebagai rekomendasi bacaan pendidikan sama dengan buku legendaris Laskar Pelangi dan Totto-chan: The Little Girl in the Window.

——
Walaupun Guru Aini adalah prekuel dari Orang-Orang Biasa, anda tidak perlu membaca Orang-Orang Biasa terlebih dahulu untuk mendapatkan makna dari buku ini.

Bagi yang sudah membaca Orang-Orang Biasa Anda akan menemukan motivasi kuat mengapa Debut cs berani melakukan aksi beresiko tinggi yang mungkin berakhir dengan borgol dingin Inspektur Abdul Rojali. Semua berawal dari kisah Aini binti Syafrudin.

____________________

oleh: Terry Arie Cipthami (goodreads)

Andrea Hirata berhasil membuat sebagian fragmen latar dari “Orang-Orang Biasa” menjadi sebuah kisah yang utuh.

Jika dulu di “Maryamah Karpov”, ada dokter gigi Budi Ardiaz Tanuwijaya maka di sini ada guru Desi Istiqomah. Perempuan bungsu, keras bagai karang: selayaknya “punk” – teguh melawan kemapanan dan tak surut langkah ketika sudah berjalan.

Jika dalam “Cinta di dalam gelas”, Maryamah tertatih-tatih pun begitu juga Aini.

Ada pula kisah Debut Awaluddin. Siapa dia si idealis ini dan mengapa dia mau melakulan hal yang nampak konyol namun cerdas bukan buatan di “Orang-Orang Biasa”.

Alur cerita berjalan seperti frame-frame dalam film. Bagaimana imajinasi kita liar akan perjalanan panjang Bu Desi dan kehidupan di Ketumbi.

Buku ini mengingatkan bahwa indah itu juga bisa datang dari hal-hal sederhana yang diceritakan tanpa perlu rumit akan kata.

Jika kalian adalah para tuna matematika seperti saya, mulut menganga seperti buaya ketika membaca “limit”, “kalkulus”, dan istilah matematika yang lain … Matematika bukan buat sembarang orang, Kawan.

_____________________

oleh: Sry Handini Puteri (goodreads)

Semenjak pertama kali membaca tulisan karya Andrea Hirata semasa saya masih SMA, nuansa yang dibawakan tetap memiliki semangat dan nuansa yang sama hingga sekarang. Kultur dan sajak melayu yang sangat kental tetap menjadi identitas tulisan dari penulis favorit saya yang satu ini. Karya-karya sebelumnya memiliki latar belakang tempat di Belitong. Namun kali ini Guru Aini bercerita dalam setting sebuah pulau yang sangat terpencil di pelosok Desa Ketumbi, Pulau Tanjong Tambar. Pernah mendengarnya-pun saja tidak.

Selera jenaka dari Andrea Hirata tidak pernah raib dari setiap karyanya. Kali ini saya terbahak-bahak dengan lelucon Trio Aljabaria, walaupun mereka bukanlah inti dari cerita Guru Aini.

Aini sendiri merupakan cerita yang mengangkat idealisme seorang perempuan muda yang ingin belajar matematika dari seorang guru yang tersohor minta ampun di desa tersebut. Guru Desi
memiliki tekad yang tak luntur untuk berkontribusi dan berkorban demi negara dan juga demi keinginannya sendiri sebagai guru. Saya sangat kagum karena seluruh cerita dalam novel kali ini didominasi oleh tokoh perempuan. Mulai dari Guru Desi sebagai guru yang sangat idealis terhadap ajaran matematikanya dan Aini sebagai perempuan yang memiliki niat yang sangat kuat untuk menjadi dokter. Belajar matematika-lah salah satu jalan untuk meraih impian tersebut.

Tiap peluh dan kerja keras yang dimiliki oleh Aini (tokoh utama), membakar semangat saya sebagai pembaca. Elaborasi yang apik dan rinci justru membuat usaha Aini dalam belajar menjadi semakin dekat dengan pembaca. Rasa-rasanya seperti tidak ada yang tidak mungkin, Boi. Aini saja bisa belajar matematika walaupun awalnya Ia mulai dengan nilai biner, yaitu 1 dan 0. Bisalah dia mendapatkan 10 dalam ujian matematika dan tembuslah Ia di Fakultas Kedokteran impiannya.

Sebagai prekuel dari Orang-Orang Biasa yang telah rilis lebih awal, saya pribadi lebih menyukai cerita dari Guru Aini dibandingkan OOB. OOB sendiri memiliki cerita yang cukup luas dengan aktor yang lebih beragam, sedangkan Guru Aini memiliki fokus cerita yang bergulat pada dua aktor ini saja, yang menurut hemat saya lebih menambah gravitasi emosi pada setiap bab.

Andrea Hirata selalu menghadirkan tulisan berkualitas dengan makna yang menggolak perasaan pembacanya. Jika kalian menyukai Sang Pemimpi, Guru Aini akan mengingatkan kembali semangat mimpi-mimpi itu.

Selamat membaca.

Leave a comment