Menikmati Kesederhanaan di Desa Sikka

Aura Asmaradana's avatarLatunglawang

Dari Lokaria ke Desa Sikka

Siang itu, 13 November 2018 pukul setengah sepuluh pagi, saya dan Eka belum meninggalkan Lokaria. Maumere panas seperti biasanya. Namun angin yang berhembus mengingatkan saya akan jejak hujan yang datang di malam sebelumnya. Kami duduk santai di atas ademnya keramik kuburan yang terletak tepat di samping rumah.

Bagi banyak orang yang baru pertama kali mengunjungi Maumere, pemandangan rumah yang menyatu dengan kubur orang meninggal tentulah merupakan hal baru. Di Maumere, arwah keluarga dan kerabat yang sudah meninggal dunia tetap menjadi bagian dari sebuah keluarga; sebuah rumah. Tidak hanya menyediakan “kamar istirahat” yang nyaman, setiap makan besar, keluarga juga melakukan tung piong, sebuah tradisi pengantaran sesajian berupa makanan kepada arwah nenek moyang—Ina Nian Tana Wawa, Ama Lero Wulan Reta (Ibu Bumi/Tanah yang Ada di Bawah, Bapak Matahari-Bulan yang Ada di Atas)—serta keluarga yang sudah meninggal.

Di atas kubur ketika itu, kami merencanakan sebuah perjalanan…

View original post 1,448 more words

Leave a comment