Pasar Tanah Kongsi Padang

sumber: https://padang.tribunnews.com/

Tempat yang cocok dijadikan tempat wisata kuliner adalah Pasar Tanah Kongsi yang beralamat di Kampung Pondok Kecamatan Padang Barat Kota Padang.

Pasar tanah Kongsi merupakan salah satu pasar tradisional di Kota Padang yang terdapat di tengah permukiman penduduk keturunan Tionghoa atau yang lebih dikenal dengan nama Kampung Pondok. Pasar ini telah dibangun semenjak abad ke-20 di atas tanah milik seorang Kapten Tionghoa yang bernama Lie Maa Sai.

Pasar Tanah Kongsi mengalami perkembangan yang cukup pesat. Namun pernah mengalami kebakaran dan dibangun kembali. Hadirnya Pasar Kampung Jawa menyebabkan kemerosotan bagi pasar ini. Pada tahun 1976 pasar Tanah Kongsi di kelolah oleh pemerintah Kota Padang dan di lakukan pembangunan pasar yang permanen. Namun semenjak pembangunan ini bisa dikatakan tidak ada lagi pembangunan di Pasar Tanah Kongsi. Pada tahun 2009 terjadi gempa bumi di Kota Padang yang juga mengakibatkan berkurangnya pengunjung dan pedagang di Pasar Tanah Kongsi.

Pasar Tanah Kongsi dikenal masayarakat Padang sebagai pasar orang Tionghoa. Namun tidak hanya orang Tionghoa Saja yang berjualan di sini Juga terdapat berbagai etnis lain seperti Minangkabau dan Nias yang Saling berinteraksi dengan harmonis dan minim Konflik.

Di sana banyak pedagang yang berjualan makanan seperti kwetiau goreng, mie goreng, hingga martabak krispi. Seperti yang diungkapkan Nasrul (47) seorang penjual martabak krispi di Pasar Tanah Kongsi.

“Saya berjualan sudah 19 tahun. Dulu kakak saya juga jualan ini,” ujar beliau.

Nasrul menawarkan martabaknya dengan harga yang murah meriah dan ditambah dengan rasa yang juara. Tak usah khawatir, makanan di sana dijamin halal. Tak hanya makanan, Anda juga bisa membeli minuman seperti Kopmil Om Ping yang berada tepat di samping gapura Pasar Tanah Kongsi. Kemudian, es campur yang berada di dekat perumahan warga.

Jika sudah puas berbelanja makanan, Anda juga bisa membeli keperluan rumah tangga di sana.

Padang, (Antaranews Sumbar) – Bagi warga Padang, Sumatera Barat Pasar Tanah Kongsi yang berlokasi di Kecamatan Padang Selatan adalah saksi bahwa hubungan antara etnis Minang dan Tionghoa terjalin harmonis.

Meski dua etnis itu memiliki karakter budaya yang amat berbeda namun dapat dipersatukan dalam aktivitas ekonomi berupa jual beli barang dan jasa.

Pukul 09.00 WIB pagi suasana di pasar yang berada dikawasan Pecinaan ini sudah ramai oleh pembeli yang hilir mudik dari satu lapak pedagang ke pedagang lain.

Penjual pun semangat menarik perhatian pembeli dengan suara lantang menawarkan barang dagangan yang digelar di lapaknya.

Aktivitas perdagangan di pasar ini sudah berlangsung sejak pukul 06.00 WIB pagi hingga pukul 15.00 WIB.

Kendati hanya pasar tradisional Pasar Tanah Kongsinamun hal yang menarik akan tampak saat masuk ke dalam pasar. Perhatikan saja pedagang yang berjualan di sana pada umumnya adalah warga asli Minangkabau.

Tetapi pembelinya sebagian besar adalah warga keturunan Tionghoa, sementara pedagang Tionghoa yang berjualan di sini umumnya berdagang makanan ringan atau kue basah.

Di Pasar Tanah Kongsi beragam kebutuhan sehari-hari tersedia lengkap mulai dari makanan, minuman, buah-buahan, sayur, ikan, daging hingga perlengkapan rumah tangga.

Biasanya ketika berbelanja warga Minang dan keturunan Tionghoa memiliki kebutuhan yang berbeda.

Masyarakat Tionghoa sering melakukan perayaan-perayaan, sehingga mereka juga sering berbelanja ke pasar. Orang Minang yang mayoritas Islam juga banyak hari besar seperti Idul Fitri atau tahun baru Hijriah

Adanya dua suku bangsa dengan kepercayaan yang berbeda di kawasan tersebut, membuat pasar itu dibagi atas wilayah yang dikhususkan untuk berjualan kebutuhan sehari-hari masyarakat dan wilayah yang khusus untuk berjualan daging babi bagi warga Tionghoa.

Pembagian wilayah tersebut dilakukan agar air daging babi tidak mengenai bahan makanan dan pedagang lainnya yang mayoritas orang Minang dan beragama Islam.

Menurut salah satu pedagang daging babi Yoe, meskipun mayoritas pedagang di sana beragama Islam, namun mereka tetap dapat berjualan dengan aman.

“Saling menghargai dan menghormati, kebutuhan setiap orang kan berbeda jadi di sini tidak terjadi konflik antar pedagang ataupun antar pedagang dan pembeli,” katanya.

Pedagang keturunan Tionghoa lainnya Erlina mengatakan tidak ada persaingan antar pedagang Minang dan Tionghoa di pasar ini.

Semua pedagang di sini akur-akur saja tidak ada masalah. Kalau memang ada persaingan, persaingan secara sehat, tidak merugikan pedagang dan pembeli lainnya, ujarnya.

Seorang pembeli keturunan Tionghoa, Valen mengatakan semua pedagang dan pembeli di sana dapat berbaur dengan baik sehingga berbelanja menjadi nyaman.

Baginya, selain persaingan yang sehat, para penjual yang ramah dalam melayani pembeli juga turut menunjukkan keakuran masyarakat Minang dan Tionghoa di sana.

Tidak hanya itu, seorang pembeli lainnya Vinchenxia mengatakan, Pasar Tanah Kongsi juga minim kriminalitas seperti pencopetan sehingga pembeli merasa aman dalam berbelanja.

Pasar Tanah Kongsi memiliki sejarah yang tidak bisa dilepaskan dari perkembangan Kota Padang. Sejak abad XIV, VOC mulai beroperasi di Indonesia, dan masuk ke Padang melalui pulau Cingkua.

Pada 1799 muara tersebut menjadi pelabuhan terpenting di Sumatera, dan semenjak saat itu banyak pedagang Cina, India, dan Arab memasuki muara.

Sosiolog Universitas Andalas Prof Damsar dalam buku Sosiologi Ekonomi mengemukakan pasar tidak semata mengatur kehidupan ekonomi namun juga kehidupan sosial.

Ia mengatakan pasar melekat erat dengan struktur sosial suatu masyarakat yang didalamnya melibatkan modal sosial dan modal budaya.

Pewarta : Ikhwan Wahyudi
Editor: Joko Nugroho


Pasar Tanah Kongsi adalah sebuah pasar tradisional bersejarah di Kota Padang, Sumatra Barat, yang dikenal sebagai pusat perdagangan beragam etnis (terutama Tionghoa, Minang, Nias) sejak abad ke-20, menawarkan kekayaan kuliner tradisional, barang unik, dan menjadi simbol harmonisasi budaya di Ranah Minang. 

Ciri Khas Pasar Tanah Kongsi:

  • Sejarah Panjang: Didirikan di atas tanah milik seorang Kapten Tionghoa, Lie Maa Sai, pada abad ke-20 dan telah melalui berbagai fase pembangunan dan pemeliharaan, termasuk pasca-gempa 2009.
  • Keberagaman Etnis: Tempat bertemunya pedagang dan pembeli dari berbagai etnis, terutama Tionghoa, Minangkabau, dan Nias, menciptakan interaksi budaya yang harmonis.
  • Surga Kuliner: Terkenal dengan makanan tradisional yang beragam dan unik, kue-kue khas, serta bahan-bahan unik yang sulit ditemukan di tempat lain.
  • Nilai Budaya & Wisata: Selain transaksi jual beli, pasar ini menjadi destinasi wisata yang menarik karena kekayaan budaya, kerajinan tangan, dan suasana khasnya, menjadikannya warisan budaya Kota Padang.
  • Lokasi Strategis: Terletak di kawasan padat penduduk, sering disebut sebagai “Kampung Pondok” (kawasan keturunan Tionghoa). 

Secara singkat, Pasar Tanah Kongsi adalah lebih dari sekadar pasar; ia adalah cerminan sejarah, keharmonisan multikultural, dan pusat kuliner legendaris di Padang. 

Leave a comment