
Ditulis pada tanggal 25 Oktober 2009
Kick Andy beberapa minggu lalu menampilkan Kiboud Maulana, seorang gitaris jazz dan blues senior era 70-an. Pada acara tersebut kiboud bercerita kisahnya ketika manggung di Amerika, saat BB King sang legenda blues dunia memperkenalkan kiboud sebagai gitaris blues dari Bali..! [dari “Bali” bukan dari “Indonesia”]
Hehe mau cerita tentang “Padang” kok dimulai dari kiboud maulana sih? Karena hampir mirip kasusnya. Di luar negeri Indonesia itu adalah Bali, demikian pula bila di perantauan. Bagi orang lain, Minang itu adalah Padang. Setumpak kecil kota Padang mewakili bentangan luas Ranah Minang.
Tidak peduli bahwa saya adalah warga Bukittinggi yang tak pernah merasakan menetap di kota Padang, saya tetap saja dikenal sebagai orang Padang ketika sedang berada di Jakarta atau Bandung.
Bila tiba saatnya saya pulang ke Bandung, teman-teman akan bertanya bagaimana kabar keluarga di Padang? pada awalnya terasa ingin menjelaskan, tapi ya sudahlah. Kecuali keluarga Parakan yang memang sudah paham dan selalu bilang bahwa saya ini adalah orang Bukittinggi bukan orang Padang.
Kebanyakan orang luar minang seperti di Jakarta dan Bandung, akan menyamakan semua penghuni Ranah Minang ini dengan sebutan orang Padang, seperti pertanyaan “kapan pulang lagi ke Padang?” padahal jika saya naik pesawat, letak Bandara Internasional Minangkabau itupun sama sekali bukan di kota Padang. Sehingga setelah mendarat saya akan langsung pulang ke Bukittinggi tanpa harus melewati kota Padang.
Trus kenapa? ndak masalah toh? Hehhe.. ngga sih, hanya iseng saja mendata istilah Padang yang banyak digunakan oleh teman-teman saat di Bandung dahulu, yang kadang justru membuat saya kasihan sama orang Padang karena harus menanggung beban atas semua citra warga ranah minang.
> Orang Padang itu pelit. padahal yang pelit itu adalah saya! yang jelas-jelas adalah orang Bukittinggi
> Orang Padang suka lebay, gara-gara pedagang kaki lima di Pasar Baru, Bandung yang kebanyakan orang minang, suka lebay kasih harga. Padahal si uda itu bisa jadi adalah warga Payakumbuh yang berada cukup jauh dari kota padang, malah mungkin si uda belum pernah ke kota padang.
> Klo mau nikah sama cowok Padang harus bayar mahal, kasian yang jadi lelaki Padang karena adat membayar mahal itu terjadi bukanlah di kota Padang. Yang dibayar mahal itu lelaki dalam adat Pariaman, update tahun 2023 seorang pria yang berprofesi sebagai abdi negara uang jemputannya bisa berkisar 1,5 Milyar. Tentu saja masih bisa nego kedua belah pihak.
> Adat padang itu ribet ya? lagi-lagi, karena masyarakat di Padang sebenarnya cukup longgar dalam menjalankan adat, mungkin seiring perkembangannnya sebagai kota yang cukup besar. Justru adat Kurai Bukittinggi yang bikin pusing. Update tahun 2023, segala jenis aturan dalam adat mulai terlihat dan terasa tidak terlalu mengikat.
Selain banyak dirugikan karena harus menanggung image warga ranah minang secara keseluruhan, kota Padang juga diuntungkan karena ada beberapa hal positif yang justru dikenal dengan embel-embel Padang.
> Rumah Makan Padang. Padahal jika dicoba cari di pelosok kota Padang dan seluruh Ranah Minang, tidak lazim yang namanya Rumah Makan Padang. Karena yang ada adalah Masakan Kapau atau Masakan khas Minang.
> Sate Padang. Di sini tak ada yang judulnya Sate Padang, karena yang ada adalah Sate Pariaman, Sate Danguang-danguang atau sate Padang Panjang.
> Perempuan Padang pintar memasak. Saya selalu bilang iya atas pernyataan ini, jangan bilang saya berbohong, karena saya ini perempuan dari Bukittinggi jadi tak apa kalau tak pandai memasak.
Sekian dulu daftarnya, lain kali ditambahkan.
Bagi yang punya teman orang minang, jangan lagi bertanya “Bagaimana kabar Padang? pengen deh ke Jam Gadang dan Ngarai Sianoknya..” karena Jam Gadang dan Ngarai Sianok itu berada 92 km dari kota padang! 🧡
