oleh: Whina Jasmine (https://bintaroandbeyond.com/warung-tuman/)
Ngampung, tersembunyi dan lezat adalah 3 kata yang sering disematkan pada Warung Tuman. Saya tak akan menampik kata-kata tersebut karena memang seperti itu adanya. Namun, satu hal yang paling membekas adalah tentu urusan ‘tualang rasa’.
Tak banyak menu makanan utama yang ditawarkan di warung makan tersembunyi yang ada di pinggiran BSD ini. Uniknya Anda bisa mencicipi beberapa makanan khas ranah minang yang tak umum tersaji di restoran, serta terselip pula menu makanan ala pantura.
Beruntung, kali kedua bertandang ke tempat ini, Saya bertemu dengan sang peracik rasa. Mbak Nanin begitu biasanya beliau dipanggil, bercerita tentang beberapa menu yang terpampang di dapurnya.

Daftar Menu Andalan Warung Tuman

Nila Calabalatuik: Resep Tanpa Nama Khas Keluarga
“Saya sampai cari di google, ada nggak resep ini di masakan minang? Kalau ada, nggak berani saya bilang ini resep khas keluarga” ujar Mbak Nanin saat menjelaskan makanan yang menjadi signature Warung Tuman. Resep olahan ikan Nila ini didapatnya dari keluarga sang ayah yang berasal dari Tanah Datar, Sumatra Barat.
Seporsi Nila Calabalatuik idealnya melewati 3 kali proses masak; direbus, dibakar diatas arang dan dimasak bersama kuah santan serta dedaunan penambah rasa. Saya sempat menerka-nerka apa saja yang ada di piring sambil tentunya menikmati daging ikan yang begitu lembut. Perlahan akhirnya Saya bisa mengidentifikasi daun singkong, daun jeruk dan tentunya daun kunyit yang menjadi ikon masakan Sumatra Barat. Lainnya? Silakan terka sendiri.

Gulai Bareh: Gulai dengan Cita Rasa Khas
Secara harfiah, bareh berarti beras namun bukan berarti beras menjadi bintang utama di makanan ini. Alih-alih menggunakan santan, gulai iga berkuah kental ini justru menggunakan tumbukan beras. Rasanya? Bagi Saya, mirip dengan Gulai Gajeboh yang biasa ditemukan di rumah makan padang namun sedikit lebih ringan dan segar dengan sentuhan daun jeruk yang kuat.
Seporsi Gulai Bareh di Warung Tuman dibandrol seharga Rp35.000, harga yang setimpal untuk porsi yang besar dan daging lembut yang melimpah. Saya sendiri membelinya untuk dimakan di rumah dan alhasil perlu beberapa kali makan untuk menghabiskannya.

Telur Dadar Gaek: Telur dadar andalan kakek
Sekilas mirip dengan telur/talua barendo yang sering saya pesan di sebuah rumah makan kapau terkenal di Bintaro. Mbak Nanin pun tak memungkiri persamaannya, namun tentu ada alasan tersendiri menamai telur dadar porsi besar ini dengan sebutan telur dadar gaek.
“Jadi ini makanan yang biasa dibuat ayah saya ke anak-anak (saya), jadi terkenalnya telur dadar gaek. Gaek itu kakek. Jadi ya telur dadar yang dibuat kakek”, ujarnya berkelakar.
Telur dadar ini sebaiknya dimakan di tempat, sebab kunci kenikmatannya adalah tekstur crispy yang ada jika disantap saat hangat.

Mangut Pari Asap: Menu Anomali yang jadi bintang di Warung Tuman
Warung Tuman sering diasosiasikan dengan mangut pari asap padahal ini adalah salah satu menu yang menjadi anomali dari deretan masakan khas ranah minang. Mangut pari atau mangut iwak pe biasanya ditemukan di kawasan pantai utara jawa dan beberapa tempat lain di tengah pulau Jawa.
Jujur, saya sempat skeptis dengan makanan yang satu ini apalagi saya bukanlah penggemar masakan bersantan dengan bumbu “sederhana” seperti sayur lodeh. Tampilan mangut pari pun bisa dibilang jauh dari kata menarik namun rasanya sungguh berkebalikan. Tak aneh jika di akhir pekan, Warung Tuman mengklaim bisa menjual lebih dari 1.000 potong menu ini!
Sepotong pari asap disiram kuah santan yang dimasak bersama terong bulat dan tempe ini sungguh memutarbalikan persepsi saya akan makanan bersantan putih. Saking creamy-nya mangut olahan Warung Tuman, saya sampai mengira bahwa mereka memasak kuah menggunakan susu. Oh iya, kata Mbak Nanin kunci rahasia lainnya adalah tempe semangit. Anda bisa mencari tahu lebih dalam tentang rahasia yang satu ini.
Ragam Makanan untuk Si “Pecinta Aman”
Jika merasa terlalu asing dengan 4 makanan di atas, Anda tak perlu khawatir karena Warung Tuman juga menyediakan beberapa menu yang lebih familiar seperti Dendeng batokok, Ayam goreng, Sop ayam, Tumis bunga pepaya serta aneka gorengan.
Dendeng batokok ala Warung Tuman disajikan dengan sambal hijau yang berminyak, sangat cocok dimakan dengan nasi panas. Untuk ayam gorengnya, hampir sama dengan ayam goreng kebanyakan. Potongannya tak terlalu besar. Prediksi saya, mereka menggunakan ayam kampung atau ayam pejantan. Sop ayam pun patut di coba, sekaligus bisa menjadi pilihan saat mengajak buah hati ke tempat ini. Kuahnya segar dengan sedikit sentuhan rempah-rempah seperti biji pala dan lada. Jangan lupa pesan juga tumis bunga pepaya sebagai sayuran yang menemani hidangan utama yang Anda pesan. Rasanya tidak pahit dan dijamin tetap nyambung dengan berbagai menu yang ada.

Warung Tuman tak hanya cocok untuk bersantap, lokasinya yang asri dan teduh juga bisa dijadikan pilihan untuk sekedar bersantai sore. Nikmati semilir angin, bunyi tonggeret dan gemersik dedaunan sambil ngemil aneka gorengan ditemani es jeruk kunci yang segar maupun aneka wedang. Suasana tentu tambah nikmat jika diselingi canda dari orang-orang terdekat.
Bintarians tertarik untuk mengunjungi warung makan berkonsep ndeso ini? Pastikan tidak datang di hari senin karena Warung Tuman hanya beroperasi hari Selasa-Minggu pukul 08.00-17.00. Warung Tuman beralamat di Jalan Ciater Tengah, RT.4/RW.07 Serpong, Kota Tangerang Selatan atau Anda bisa mengikuti petunjuk dari peta digital. Jadi, menu mana yang menarik perhatian Bintarian?
