Tempe Pondasi · Koro Benguk

sumber: detikcom

Tempe benguk, merupakan makanan tradisional yang berbahan baku koro benguk. Tanaman dengan nama latin Mucuna pruriens ini cukup mudah ditemukan di kawasan pedesaan. Tumbuhan ini biasanya merambat di pohon atau pagar.

Tempe Benguk familiar di kalangan masyarakat Kota Pacitan. Untuk mendapatkan jenis lauk yang akrab dengan julukan Tempe Pondasi tidak terlalu sulit. Banyak kios dan lapak pasar tradisional yang menjajakan gorengan tempe benguk. Teksturnya kenyal dan padat, berbeda dengan cita rasa tempe kedelai.

Nama aslinya tempe benguk. Tetapi lebih dikenal dengan tempe pondasi, karena setelah jadi tempe bentuknya mirip pondasi bangunan. Terlihat kokoh dan padat dengan ukuran kacang yang lebih besar dibandingkan kedelai.

Polong koro benguk dilapisi bulu halus yang tipis. Dalam setiap polong terdapat 4‒6 biji. Warna biji terdiri dari putih, hitam, dan belang. Koro benguk dinilai bisa menjadi alternatif kedelai, termasuk dalam pembuatan tempe. Soal nutrisi, koro benguk tinggi protein, karbohidrat, lemak, serat, mineral, hingga asam amino.

Mengolah koro benguk tidak bisa sembarangan. Sebab tumbuhan ini memiliki senyawa toksik yang bisa membahayakan. Untuk menghilangkannya, koro benguk harus diolah lebih lanjut. Misalnya direndam, direbus, dikukus, atau difermentasi.

Keseluruhan proses membuat tempe pondasi memakan waktu lima hari. Pertama-tama, koro benguk direbus selama dua jam. Selanjutnya diinjak-injak hingga kulit arinya mengelupas.

Selanjutnya koro benguk yang sudah bersih kembali direndam air selama dua hari. Ini bertujuan melunturkan rasa pahit sekaligus menghilangkan senyawa beracun dari tanaman jenis polong-polongan tersebut. Masih ada langkah lain yang harus dilakukan. Usai direndam, koro benguk harus direbus lagi. Setelah kenyal barulah diangkat dan ditiriskan.

Setelah kering bahan baku tempe pondasi itu lalu dicampur dengan ragi. Langkah terakhir adalah membungkusnya. Bungkus bagian dalam berupa daun pisang. Adapun bagian luarnya bisa pakai daun jati atau kertas. Selanjutnya tinggal menunggu tempe jadi, sekitar dua hari.

Pangan lokal yang saat ini semakin dimininati dan punya peluang pasar yang potensial adalah tempe koro benguk, sehingga perlu dikembangkan dari hulu ke hilir. Jika koro pedang (koro benguk) semakin berkembang dibudidayakan petani maka ke depan mampu menggantikan kedelai yang sebagian besar masih didatangkan dari luar.

Tempe benguk merupakan olahan asal biji koro benguk yang paling banyak ditemukan. Di Pasar Gemaharjo, Kabupaten Pacitan, tempe benguk dipasarkan dengan menggunakan pembungkus pelepah pisang, yang siap untuk dimasak,” jelasnya. Bahkan, ada penjual yang menjual biji koro benguk yang telah setengah matang dan dibungkus pembungkus plastik, hal inipun sudah siap untuk dimasak dengan aneka sayuran.

Penyebutan tempe benguk beragam antar daerah. Di Malang Selatan sering disebutnya sebagai tempe bedog. Di Pacitan, dijulukinya sebagai tempe pondasi, karena penyajiannya setelah dilapisi tepung dan digoreng mirip pondasi bangunan.

Leave a comment