
freepik
oleh: Hasanudin Abdurakhman
Lulus kuliah awal tahun 1994 saya dapat pekerjaan bagus di lapangan minyak. Gajinya 1,2 juta per bulan. Kalau dikonversi ke nilai sekarang, sekitar 10 juta. Saya sebenarnya tidak terlalu suka pekerjaan ini. Tapi satu hal saya suka, gajinya. Dari anak kos yang biasanya hanya pegang 75 ribu sebulan, saya kini punya 1,2 juta. Gimana nggak senang?
But shit happened. Karena tidak disiplin, saya mengalami kecelakaan. Saya dipecat. Sekali lagi, meski tak sepenuhnya suka dengan pekerjaannya, saya tetap jengkel karena kehilangan pemasukan 1,2 juta sebulan. Meski sadar saya salah, saya tetap menyalahkan engineer in chief yang memecat saya, karena ada juga engineer yang bilang saya tidak perlu dipecat, cukup dikenai tindakan disiplin saja. Tapi apapun tidak mengubah keadaan dan kenyataan: saya kehilangan pekerjaan.
Apa yang saya lakukan? Cari pekerjaan baru. Sementara mencari saya kerjakan apa saja yang bisa menghasilkan uang. Saya jadi pelayan di toko kakak saya, pekerjaan saya memarut kelapa dan memotong ikan. Itu sekadar tanggung jawab untuk tidak numpang makan gratis. Untuk uang saku, saya mengajar bimbel. Dapatnya tak banyak, tapi ada.
Saya tak boleh terus meratapi pemecatan saya, karena ratapan saya tak mengubah keadaan. Itu yang harus kita lakukan ketika ada hal yang tidak kita sukai terjadi dalam hidup kita. Shits happen. Tak ada yang abadi di dunia ini. Bahkan orang yang kelasnya “crazy rich” bisa jadi kere. Kenapa bisa begitu? Penjelasannya bisa panjang. Tapi ringkasnya, shit happens.
Apa yang harus dilakukan ketika itu terjadi? Berhentilah meratap. Ingat ini. Shit happens. Kamu tidak bisa mengubah kenyataan itu. Kamu meratap 7 hari 7 malam pun, keadaan tidak berubah.
Kedua, shits happen. Tapi sadarilah bahwa akibat buruknya sering kali menjadi lebih buruk karena kamu tidak menyiapkan diri. Saat ada gaji, tak menabung. Saat bisnis meroket, tak menyiapkan langkah pengaman. Pernah nggak terpikir untuk mengambil asuransi yang menanggung business termination? Nggak kan?
Ketika shit happens, rasanya terlalu sakit ketika kita menyadari bahwa kita tak mengambil langkah antisipasi.
Nah, sudahlah. Berhenti meratap. Lakukan langkah-langkah berikut. Bayangkan seperti ketika Anda jadi penumpang kapal yang tenggelam. Apa yang pertama harus dilakukan? Menyelamatkan diri dengan cara apa saja yang mungkin.
Dalam situasi darurat itu, hiduplah secara darurat. Saat Anda hanya punya sepotong kayu untuk mengapung, jangan berharap seperti saat Anda jadi penumpang kamar kelas 1. Kalau Anda berpikir begitu, penderitaan akan lebih perih.
Berikutnya, setelah Anda selamat, mulailah hidup baru. Mungkin hidup itu tak sama seperti hidup Anda sebelumnya. Yeah, shit! Anda tidak bisa mengubah shit itu. Tapi Anda bisa mengubah hidup Anda.
Anda pernah merangkak dari bawah, sampai hidup di puncak. Lalu Anda jatuh lagi. Yang perlu Anda lakukan adalah merangkak lagi seperti dulu. Sebenarnya itu sama dengan perjuangan Anda dulu. Ia menjadi tak sama karena pikiran Anda masih terus menyesali shit tadi. Artinya, Anda hanya makin mempersulit hidup Anda.
Shits happen. Anda tidak bisa mengatur alam semesta. Tapi Anda bisa mengatur hidup Anda agar jadi lebih baik.
Shits happen. Bangkitlah. Jangan mau terus berkubang taik sambil mengeluh dan tidak melakukan apa-apa.
Terakhir, saat Anda sudah berhasil naik lagi, ingatlah bahwa shit will happen again. Siapkan langkah pengamanan selagi bisa.
