Pohon Andalas

sumber: wikipedia

Banyak yang mengenal kata andalas, namun tidak banyak yang mengenal pohon andalas. Pohon asli pulau Sumatera ini yang namanya pernah digunakan sebagai nama pulau Sumatera dan sekarang salah satunya diabadikan sebagai nama sebuah Universitas tertua di pulau Sumatera, Universitas Andalas.

Andalas atau andaleh (Morus macroura) adalah spesies tumbuhan pohon berbunga dalam termasuk dalam genus Morus (Murbei), yang dapat ditemukan di Tibet, Himalaya, daerah pegunungan di Indonesia, dan hutan hujan dari Indocina. Andalas merupakan pohon berukuran sedang, dengan kanopi yang menyebar yang tumbuh dengan posisi merunduk. Buah andalas yang matang berwarna putih, merah muda, atau merah, dan memiliki rasa seperti madu manis.

Peristilahan
Buah andalas juga dikenal sebagai kertau panjang, kertau raja putih, murbei shahtoot, atau murbei Tibet.

Pohon yang masih berkerabat dekat dengan pohon Murbei (Morus Alba) yang sering digunakan sebagai makanan untuk ulat sutra.

Resmi ditetapkan sebagai flora khas Sumatera Barat pada tanggal 14 Agustus 1990 melalui surat keputusan Gurbernur nomor 522-414-1990. Meski baru 33 tahun secara resmi ditetapkan sebagai flora khas Sumatera Barat, namun pohon ini memiliki keterkaitan yang kuat dengan kultur Minangkabau tidak lepas dari pemanfaatan dari kayu ini dalam kehidupan masyarakatnya sejak zaman dahulu.

Menjadi maskot flora endemik Sumatera Barat karena dahulunya pohon ini banyak tumbuh di kawasan Sumatera Barat serta banyak dari pohon ini ditebang dan dipakai untuk pembangunan rumah gadang dan pembuatan furniture dikarenakan kayunya yang kuat dan tahan dari serangan rayap.
AdvertisementAdvertisementAdvertisementAdvertisement

Selain sebagai lambang dari provinsi Sumatera Barat dan dipakai untuk kebutuhan masyarakat setempat, nama pohon ini dipakai untuk nama sebuah Universitas yang terkenal di Sumatera Barat, Universitas Andalas.

Pohon tertua dan terbesar ini dapat tumbuh tinggi mencapai 40m dengan diameter batangnya mencapai 1m, bukan hanya kayunya yang dipakai dan bernilai ekonomi, daun dan akar dari pohon ini juga memiliki fungsi sebagai obat.

Juga pohon ini menghasilkan buah yang memiliki bentuk seperti buah murbai, buah yang bersusun menjadi untaian berbentuk tandan dan memiliki panjang mencapai 20 cm. Pohon besar ini menggugurkan daunnya sekali dalam setahun karena ini adalah periode peralihan dari periode vegetatif ke periode generatif.

Ketidaktahuan generasi sekarang akan Pohon Andalas menyebabkan pohon ini semakin sedikit ditemui di alam Sumatera Barat. Dilansir dari agroindonesia.co.id survey terbaru menemukan bahwa pohon Andalas ini hanya berjumlah 153 batang yang tersebar di lahan milik masyarakat di kabupaten Tanah Datar dan Lima Puluh Kota tanpa dirawat bahkan masyarakat sekitar tidak mengetahui nama pohon tersebut.

Keberadaan pohon andalas yang ada di hutanpun juga sudah mulai berkurang, jarangnya terdapat anakan dari pohon ini di alam liar, ini disebabkan karena jenis pohon ini lambat tumbuh. Ikon Sumatera Barat ini termasuk kategori tanaman kuno karena bersifat berumah dua, dimana pohon jantan dan pohon betina berpisah dan juga ini diduga sebagai alasan langkanya pohon ini di alam liar.

Asal Muasal Nama “Andalas”

Meski memiliki berbagai nama, tumbuhan berbuah legit ini tetap lebih terkenal dengan nama Pohon Andalas (Morus Macroura).

Ketika mendengar kata “Andalas”, benak orang Indonesia kebanyakan akan melayang ke kota Padang, tempat Universitas Andalas menancapkan fondasinya.

Wajar saja, karena Universitas Andalas adalah salah satu universitas tertua di Indonesia, yang merupakan buah karya Drs. Mohammad Hatta atau lazim dipanggil Bung Hatta. Sang Wakil Presiden Pertama negara ini.

Kata Andalas itu sendiri berasal dari bahasa Melayu atau Minang, yang merujuk pada pohon Andaleh.

Dalam kisah oleh seorang tokoh masyarakat bernama Hali Salmi Datuk Paduko Basa atau yang biasa dikenal dengan nama Angku Ladang. Pohon Andaleh pertama kali mendapatkan namanya setelah nenek moyang datang dari Nagari Pariangan ke Nagari Andaleh.

Penyebutan Pohon

Hingga saat ini, masyarakat setempat masih menyebut pohon Andalas sebagai “Urek Andaleh” yang berarti “kayu Andaleh”. Menurut kisah dari cerita turun temurun, nenek moyang orang Sumatera telah lama merawat pohon-pohon Andalas.

Karenanya wajar jika orang Sumatera memiliki kebanggaan tersendiri terhadap keberadaan Morus Macroura. Bahkan, sejak zaman dahulu Pemerintah Sumatera Barat telah menjadikan pohon Andalas sebagai maskot daerahnya.

Pertanyaannya, apakah Morus Macroura mendapatkan namanya dari nama daerah tumbuhnya? Ataukah sebaliknya, daerah tumbuhnya pepohonan Andalas mendapatkan nama dari sang pohon?

Tidak ada informasi yang pasti mengenai hal ini. Hanya satu hal yang jelas, yaitu Morus Macroura memiliki keterikatan sangat erat dengan pulau Sumatera, terutama Nagari Andaleh.

Leave a comment