Lobak Singgalang

sumber: suarakreatif.com

Orang Padangpanjang  dan sekitarnya, di tahun 1990-an, merasa tidak enak makan kalau tak ada Lobak Singgalang menyertai hidangannya. Lobak dengan cita rasa khas ini, bukan saja tersohor di urang awak, tapi juga di lidah orang provinsi tetangga. Lahan yang ditanam Lobak di kaki Gunung Singgalang itu subur, berada 1.000 meter di atas permukaan laut.

Dulu, bila ke kaki Gunung Singgalang, hamparan hijau sayur lobak menyejukkan mata dan membangkitkan hasrat untuk memetiknya. Namun, sejak lima tahun terakhir, pamor Lobak Singgalang mulai meredup. Jangankan di kedai-kedai, di ladang pun nyaris tak bersua.  Lobak yang hanya tumbuh di kaki Gunung Singgalang, tidak banyak lagi dibudidayakan masyarakat setempat. Masyarakat seakan kehilangan semangat menanam lobak, mempertahankan cita rasa khas Singgalang. Ini antara lain jawaban kenapa lobak singgalang yang maknyus itu, kini sulit didapat di pasaran.

Jika pun ada, lobak tersebut tidak dalam kualitas (mutu) sebagaimana rasa manis yang sesungguhnya (kata lain maknyus). Meski telah berusaha memberikan pengertian kepada masyarakat agar kembali menanam sayur yang merupakan ikon Nagari Singgalang. Masyarakat setempat tetap tidak mau. Mereka enggan menanggung risiko, karena kualitas (mutu) lobak singgalang yang tidak bagus lagi.

Lobak Singgalang berkualitas (bermutu) diekspor ke luar negeri. Dengan begitu, perekonomian masyarakat bisa terangkat. Apalagi, saat ini masyarakat dunia lebih memilih mengonsumsi sayur organik daripada sayur yang memakai pupuk buatan. Harganya pun bisa bersaing dengan sayur dari negara lain. Apalagi lahan yang berada 1.000 meter di atas permukaan laut ini berada di kaki Gunung Singgalang yang subur.

Tanaman lobak singgalang (antaranews)

Percaya atau tidak, konon gempa bumi Maret 2006 lalu di Padang berdampak pada kulitas lobak. Dahulu isi lobak segar dan padat, pasca gempa 2006 tampilannya justru semakin mengecil.

Sejalan dengan hal diatas, budidaya bumbu kuliner minang pun dalam masa krisis. Contohnya daun ruku–ruku sebagai bumbu utama dalam kuliner gulai asam padeh dan pangek masin.

Saat ini keberadannya semakin sulit dijumpai. Permasalahannya sama yaitu masyarakat enggan membudidayakan tanaman ini karena pasarnya tidak tersedia dan masyarakat cenderung membudidayakan tanaman lain yang lebih menguntungkan.

Tidak bisa dipungkiri, erosi budidaya lobak singgalang dan daun ruku-ruku ini secara langsung berdampak pada kuliner khas sumbar yaitu nasi kapau , gulai asam padeh dan pangek Masin.

catt: menurut pengamatan, lobak singgalang punya kemiripan dengan kubis galisia atau kolarda

One thought on “Lobak Singgalang

Leave a comment