Batik motif Mega Mendung
sumber: voi.id
Batik Trusmi Cirebon merupakan salah satu warisan budaya yang memesona di Indonesia.
Sentra Batik Trusmi terletak di Kecamatan Plered, sekitar lima kilometer di sebelah barat pusat Kota Cirebon, Jawa Barat. Kepopuleran ini membuat daerah asalnya mendapat julukan Kampung Batik Trusmi.
Di Kampung ini, ada lebih dari seribu perajin batik yang bekerja setiap hari. Selain itu, penduduk Desa Trusmi dan warga daerah sekitar seperti Game, Kaliwulu, Wotgali, dan Kalitengah juga turut berkontribusi dalam pembuatan Batik Trusmi.
Sejarah Batik Trusmi
Berdasarkan catatan sejarah, Batik Trusmi sudah ada sejak abad 14 masehi. Batik trusmi pertama kali dikembangkan di Keraton Cirebon pada masa kepemimpinan Kesulatanan kesepuhan dan Kanoman.
Menyadur laman Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat, Batik Trusmi pertama kali dikenal dari sebuah cerita rakyat pada abad ke-14 di mana ada suatu daerah yang memiliki banyak tumbuhan.
Awalnya, para warga daerah menebang tumbuhan, tetapi tumbuhan tersebut selalu tumbuh kembaali sehingga daerah tersebut dinamakan Desa Trusmi yang bermakna terus bersemi.
Lokasi Desa Trusmi berada di Kabupaten Cirebon, dan terletak sekitar lima kilometer dari pusat Kota Cirebon.
Sebelum menjadi sentra batik, Trusmi adalah daerah biasa. Sejarag Batik Trusmi berasal dari Ki Buyut Trusmi, beliau merupakan putra sulung Raja Pajajaran atau yang lebih dikenal dengaan nama Prabu Siliwangi.
Ki Buyut Trusmi bersama dengan Sunan Gunung Jati menyebarkan agama Islam, khususnya di kawasan desa Trusmi. Tak hanya mengajarkan agama, mereka juga mengajarkan ketrampilan membatik kepada penduduk setempat. Selanjutnya, Sultan Keraton Cirebon meminta warga Trusmi untuk membuat batik seperti miliknya, namun hanya boleh ditunjukkan motifnya saja tanpa melihat batik aslinya.
Warga kemudian membuat batik sesuai perintah sultan, ketika proses membatik selesai, sang warga meminta batik asli kepada Sultan kemudian ia membungkus kedua batik (asli dan buatan) bersama-sama. Warga Trusmi dapat membuat batik yang sama persis dengan aslinya.
Keterampilan membatik warga Trusmi diakui sultan dan sampai saat ini, produksi batik di Desa Trusmi terus berkembang.
Ciri Khas Batik Trusmi
Dirangkum dari berbagai sumber, berikut ini adalah ciri khas Batik Trusmi Cirebon bila dibandingkan dengan produksi batik dari daerah lain:
- Motif: memperlihatkan motif wadasan (batu cadas) pada desain klasik tradisional. Selan itu, tampak ragam bias berbentuk awan (mega) pada bagian-bagia yang disesuaikan dengan motif utamanya.
- Dasar kain: dasar kain berwarna lebih muda ketimbang warna garis motif utamanya. Bagian latar atau dasar kain biasaya bersih dari noda hitam atau warna-warna yang tidak diinginkan akibat penggunaan lilin yang pecah sehingga proses pewarnaan mengakibatkan zat warna menempel pada kain.
- Garis-garis yang digunakan dalam motif batik: terdiri dari garis tunggal dan tipis yang berukuran lebih 0,5 milimeter dengan warna garis lebih tua ketimbang warna latarnya.
- Warna: Warna-warna batik trusmi biasanya dominan warna kuning, hitam (sogan gosok) dan warna dasar krem. Sebagian warna lain yakni merah tua, biru, hitam dengan warna kain krem atau putih gading.

Kampung Batik Trusmi adalah pusat industri batik di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, sekaligus sebagai tempat wisata seni batik dan kuliner. Kampung ini terletak di Plered, Cirebon, sekitar 4 (empat) kilometer di sebelah barat Kota Cirebon. Pengrajin batik di desa Trusmi dan sekitarnya, seperti desa Gamel, Kaliwulu, Wotgali, dan Kalitengah, berjumlah lebih dari 3000 tenaga kerja. Dalam beberapa tahun terakhir, desa Trusmi telah membantu mendongkrak pariwisata Cirebon.
Deskripsi
Batik di Cirebon merupakan peninggalan sejarah kesultanan di wilayah ini, antara lain Kesultanan Kasepuhan dan Kesultanan Kanoman. Batik asal Cirebon mempunyai pola penyebaran yang mirip dengan batik Yogyakarta atau Surakarta, yaitu mula-mula muncul di lingkungan dalam keraton kemudian disebarkan ke luar oleh para abdi dalem yang berdomisili di luar keraton.
Produksi batik di Trusmi merupakan hasil karya seorang tokoh agama Islam Ki Gede Trusmi yang setia kepada wakil Wali Songo Sunan Gunung Jati. Konon Ki Gede Trusmi mendakwahkan Islam sekaligus mengajari masyarakat membatik. Ki Gede Trusmi dipuja hingga saat ini dan makamnya terletak di desa. Setiap empat tahun sekali, penduduk desa mengadakan ritual tradisional Ganti Welit dan Ganti Silap (mengubah atap makam).
Meskipun batik dari daerah lain sering kali menampilkan satu gaya yang berbeda, seperti Batik Keraton dari Surakarta atau Batik Pesisir dari Pekalongan, batik di Cirebon menampilkan kedua gaya tersebut. Mereka mempunyai ornamen unik yang menjadi ciri khas batik Cirebon. Di antaranya adalah Wadasan, yang sering digunakan di Batik Keratonnya. Batik wadasan dianggap yang paling terkenal di antara batik produksi Trusmi. Motifnya termasuk Mega Mendung, Singa Payung, Naga Saba, dan Taman Arum yang terinspirasi dari desain kekaisaran Tiongkok.
Trusmi juga dikenal karena kuliner lokalnya, termasuk empal gentong, nasi jamblang dan tahu gejrot.
Batik Trusmi berhasil menjadi ikon batik dalam koleksi kain nasional. Batik Cirebon sendiri termasuk golongan Batik Pesisir, tetapi juga sebagian batik Cirebon termasuk dalam kelompok batik keraton. Hal ini dikarenakan Cirebon memiliki dua buah keraton yaitu Keratonan Kasepuhan dan Keraton Kanoman, yang konon berdasarkan sejarah dari dua keraton ini muncul beberapa desain batik Cirebonan Klasik yang hingga sekarang masih dikerjakan oleh sebagian masyarakat desa Trusmi di antaranya seperti Mega Mendung, Paksinaga Liman, Patran Keris, Patran Kangkung, Singa Payung, Singa Barong, Banjar Balong, Ayam Alas, Sawat Penganten, Katewono, Gunung Giwur, Simbar Menjangan, Simbar Kendo, dan lain-lain.

