
sumber: kompas.id
Mengutip Brown dan Gilman (1960), Ivan Lanin membedakan kata ganti orang kedua formal dan informal. Dan anda digolongkan formal sehingga huruf awalnya perlu ditulis kapital. Dari bahasa Latin, melalui kekaisaran Romawi, pembedaan itu lalu meluas ke beberapa bahasa Eropa (Belanda, Jerman, Perancis, dan Spanyol). Sampai kemudian tercatat kian banyak bahasa di dunia mengikuti kebiasaan itu, termasuk Malaysia dan Indonesia (lihat https://ivanlanin.wordpress.com/2012/ 03/05/anda/).
Penutur bahasa Indonesia pernah cukup lama memakai Anda, namun lambat-laun datanglah segolongan orang yang menukarnya dengan anda berdasar beberapa pertimbangan. Pertama-tama, saya ajak anda berangkat dari pertanyaan logis, mengapa kamu, saudara, engkau, sampeyan, dan ente tidak mendapat perlakuan yang sama? Padahal, bersama anda, kelimanya setara belaka, berstatus kata ganti orang kedua tunggal. Pertanyaan ini agaknya terbungkam oleh argumen: Anda adalah bentuk hormat yang dipakai spesial untuk orang-orang yang dihormati.
Sebenarnya bentuk saudara pernah pula dianggap bentuk hormat. Maka, ada pendapat bahwa bentuk yang baku dan benar adalah Saudara. Pengejaan dengan huruf awal kapital ini juga berlatar semantis: demi membedakannya dari saudara dalam arti kerabat. Apakah pendapat ini masih berlaku sampai sekarang, saya tidak tahu. Tapi, menarik apabila kita membuka-buka kamus besar, sebab di sana yang kita baca adalah saudara. Jika bentuk Saudara yang sahih alias berterima, mestinya kamus akan mencatat sekaligus saudara dan Saudara sebagai homonim, sebagai dua lema.
Di antara sekian banyak kata ganti orang kedua tunggal, mengapa anda yang terpilih dan kemudian, entah oleh siapa, didaulat sebagai bentuk hormat? Konteks hormat di sini jelas berhubungan dengan sifat atau derajat hubungan orang per orang, antara satu individu dengan orang lain dalam sebuah peristiwa bahasa. Artinya, sangat subyektif. Dan ini bukan tak menyimpan persoalan.
Dalam “Kegagalan \’Anda\'” (Pikiran Rakyat, 18 Juli 2009), Ajip Rosidi menganggap ikhtiar Rosihan Anwar pada 1958 memajukan anda sebagai ganti orang kedua (tunggal) yang dapat dipakai terhadap semua orang, seperti kata you dalam bahasa Inggris, telah gagal, karena “beliau tidak menyadari bahwa bahasa itu erat pertaliannya dengan budaya masyarakat yang mempergunakannya”. Bentuk itu, tulis Ajip, tak dapat dipakai seorang anak manakala menyapa bapak atau ibunya.
Terhadap orang yang dihormati, seseorang bisa saja mempergunakan kata ganti (sebagai bentuk sapa): saudara, sampeyan, atau ente, untuk menyebut beberapa contoh. Maka, tidak ada alasan untuk tidak memakai huruf awal kapital pada bentuk-bentuk di luar anda itu, bukan? Menolak Sampeyan atau Ente, sambil hanya membolehkan Anda, jelas menunjukkan sikap sewenang-wenang.
Inilah yang kita lihat pada akhirnya. Sementara Saudara mengalami deformalisasi menjadi saudara, bentuk anda malah terformalisasi menjadi Anda. Namun, tidak berani tergesa-gesa saya menyimpulkan bahwa Anda adalah jejak eufemisme dari zaman yang sudah lampau, atau membawa isyarat sindrom rendah diri.
Kata “Anda” dalam bahasa Indonesia selalu ditulis dengan huruf kapital (A besar), karena merupakan kata ganti orang kedua formal yang digunakan sebagai bentuk penghormatan.
Penjelasan lebih lanjut:
- Huruf kapital untuk penghormatan: Penggunaan huruf kapital pada kata “Anda” adalah bentuk penghormatan dalam bahasa Indonesia, mengikuti aturan EYD (Ejaan yang Disempurnakan).
- Pernyataan yang benar: Penulisan “Anda” dengan huruf kapital adalah benar dan sesuai dengan tata bahasa Indonesia.
- Contoh: Kalimat seperti “Apa kabar, Anda?” atau “Mohon maaf, apakah Anda tahu jalan ke …” harus ditulis dengan “Anda” yang berhuruf kapital.
