Johanna van Gogh-Bonger

Jo dengan putranya Vincent Willem di studio fotografer Raoul Saisset, 4 Rue Frochot, Paris, 1890

sumber: wikipedia

Johanna Gezina “Jo” van Gogh-Bonger (4 Oktober 1862 – 2 September 1925) adalah istri dari Theo van Gogh, pedagang seni, dan saudari ipar dari pelukis Vincent van Gogh dan pemain utama dalam pertumbuhan ketenaran Vincent.

Kehidupan awal

Johanna Gezina Bonger lahir pada 4 Oktober 1862 di Amsterdam, Belanda. Ia adalah anak kelima dari tujuh bersaudara dari seorang petugas asuransi. Keluarganya adalah musikal, mengadakan pementasan setiap sore, dan Johanna menjadi seorang pemain piano yang mengiringinya. Tak seperti para kakaknya, yang memegang tugas-tugas rumah tangga, Johanna, seorang “anak periang dan aktif”, diperbolehkan untuk melanjutkan pendidikannya dengan belajar bahasa Inggris, dan meraih gelar perguruan tinggi. IOa singgah beberapa bulan di London, bekerja di perpustakaan British Museum.

Dari usia tujuh belas tahun, ia menyimpan sebuah buku harian mendetail, yang menjadi sumber informasi lebih tentang Vincent van Gogh. Pada masa itu, ia juga terpengaruh dengan penulis non-conformist Multatuli.

Masa dewasa

Pada usia dua puluh dua tahun, ia menjadi guru bahasa Inggris di sebuah sekolah asrama khusus putri di Elburg, kemudian mengajar di Perguruan Tinggi khusus Putri di Utrecht. Pada sekitaran masanya di Amsterdam, ia diperkenalkan oleh saudaranya Andries kepada Theo van Gogh, saudara Vincent. Salah satu saudari Van Gogh menyebutnya “pintar dan handal”.

Kehidupan selanjutnya

Ia tinggal di New York dari 1915 sampai 1919, saat ia kembali ke Amsterdam. Ia meninggal pada 2 September 1925, di usia 62 tahun, di Laren, Belanda. Pada masa kematiannya, ia masih sedang menerjemahkan surat-surat Vincent kepada bahasa Inggris. Ia meninggalkan satu anak dan empat cucu.


sumber: Twitter @datsbiel

Pada usia 37 tahun, Vincent van Gogh menempelkan pistol ke dadanya dan menarik pelatuknya. 30 jam kemudian, dia meninggal. Tetapi, ada seorang perempuan yang akan membuat karya seni Van Gogh tetap hidup sampai sekarang, ini cerita di balik terkenalnya karya seni Vincent van Gogh.

Van Gogh tidak terlalu terkenal saat masih hidup. Kabarnya, hanya laku menjual satu lukisan saja. Namun penjualan yang lambat tidak membuatnya berhenti. Van Gogh membuat lebih dari 2.000 karya – lukisan, sketsa, dan gambar – hampir satu karya tiap 36 jam sepanjang kariernya.

Lalu, apa yang terjadi dengan karya-karya itu ketika Van Gogh meninggal? Karya-karyanya jatuh ke tangan Theo, adiknya yang pedagang seni, yang mencoba untuk menjual tapi gagal. Hanya enam bulan kemudian, Theo juga meninggal. Tiba-tiba. Gara-gara penyakit sifilis.

Kemudian semua karya Van Gogh akhirnya jatuh ke tangan seorang perempuan, Jo Bonger. Nama lengkapnya Johanna van Gogh-Bonger. Dia istri Theo sekaligus ipar Vincent van Gogh. Lukisan, sketsa, sama gambar-gambar itu menjadi semacam “pelajaran seni” bagi Jo.

Awal-awal, karya seni Van Gogh seperti ini. Gelap dan muram, berbeda dengan karya-karya yang nantinya jadi ciri khas Van Gogh. Karyanya mulai cerah dan tema-temanya berubah, setelah melihat karya-karya pelukis Impresionis di Paris.

Bandingkan The Starry Night sama Palazzo Dario-nya Monet

Pelukis Impresionis seperti Monet menangkap bagaimana cahaya bermain di pemandangan yang ada di depan mereka. Tetapi pelukis Post-Impresionis seperti Van Gogh, menangkap perasaan mereka tentang subjek tersebut.

Selain karya seni, Jo juga mendapat warisan surat-surat antara suaminya dengan Van Gogh. Van Gogh menulis lebih dari 2.000 surat, namun yang masih ada sampai sekarang hanya 903 surat.

Dari surat-surat tersebut, Jo dapet ide cemerlang pertamanya. Bahwa untuk memahami Van Gogh, tidak bisa hanya dengan melihat karya-karyanya saja. Dunia juga harus tahu cerita hidupnya. Jo membuat paket lengkap, seniman dan cerita hidupnya menjadi satu paket. Tahun 1927, surat-surat itu diterbitkan untuk diliat dunia.

Jo juga berusaha membuat karya Van Gogh dilihat lebih banyak orang lewat pameran-pameran. Ini cover katalog dari salah satu pameran Van Gogh pertama, jauh di tahun 1892.

Waktu pameran, Jo menampilkan karya-karya Van Gogh yang terkenal bersamaan dengan karya yang kurang populer. Seringnya, hanya karya yang kurang diminati yang dijual. Kenapa? Jo menyimpan karya yang paling populer dan penting untuk museum, agar warisan Van Gogh bisa abadi.

Usaha keras Jo untuk mempromosikan seni Van Gogh, terlaksana pameran besar tahun 1905 di Stedelijk Museum, Amsterdam. Lebih dari 480 karya Van Gogh dipamerkan. Sampai sekarang, itu adalah pameran Van Gogh terbesar yang pernah ada.

Tanpa langkah cerdasnya Jo, karya-karya Van Gogh mungkin tidak ada di museum-museum di seluruh dunia. Sekarang, keluarganya tidak memiliki lukisan atau gambar Van Gogh. Semuanya diserahkan ke pemerintah Belanda, untuk membantu berdirinya Van Gogh Museum.

Leave a comment