
sumber: IG syameela.official
Kenapa dinamakan Muharam?
Di masa jahiliah bulan Muharram dikenal dengan nama Shafar Awwal, sebagai pembeda dari Shafar Tsani. Keduanya dulu disebut “ash-Shafaran” (dua bulan Shafar)
Kemudian ketika Islam datang, nama “Muharram” menjadi nama tetapnya. Awalnya hanya sebagai sifat, tapi akhirnya menjadi nama resmi karena begitu kuat maknanya.
Nama Muharram ini menegaskan bahwa Allah sendirilah langsung yang mengharamkannya (yakni menetapkan larangan lebih keras untuk perang dan perselisihan di bulan ini). Begitu besarnya kemuliaan dan kehormatan bulan Muharram.
Bulan Muharram adalah salah satu dari empat bulan haram (suci) dalam Islam, di mana berperang dilarang atau diharamkan, kecuali dalam keadaan darurat atau sebagai bentuk pertahanan diri. Larangan ini bertujuan untuk menjaga kedamaian dan kesucian bulan tersebut, serta memberikan kesempatan bagi umat Islam untuk meningkatkan ibadah dan refleksi diri.
Penjelasan lebih lanjut:
- Bulan Haram: Muharram adalah salah satu dari empat bulan yang disebut “bulan haram” atau bulan-bulan suci, yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab.
- Larangan Berperang: Dalam Islam, berperang di bulan-bulan haram, termasuk Muharram, dianggap sebagai dosa besar dan dilarang, kecuali dalam situasi darurat seperti mempertahankan diri dari serangan musuh.
- Tujuan Larangan: Larangan berperang ini bertujuan untuk menjaga kedamaian, menghormati kesucian bulan-bulan haram, dan memberikan kesempatan bagi umat Islam untuk meningkatkan ibadah, introspeksi diri, dan mempererat tali persaudaraan.
- Pentingnya Muharram: Muharram memiliki keistimewaan tersendiri, seperti terdapat peristiwa penting dalam sejarah Islam, seperti diselamatkannya Nabi Nuh dari banjir dan Nabi Ibrahim dari api.
- Peristiwa Karbala: Meskipun Muharram adalah bulan larangan berperang, namun pada bulan ini terjadi peristiwa tragis Pertempuran Karbala yang menjadi pengingat akan pengorbanan dan keadilan dalam Islam.
Keutamaan Bulan Muharram
1. Bulannya Introspeksi Diri
Muharram dapat dijadikan sebagai momen untuk introspeksi diri. Pergantian tahun ini menjadi keistimewaan bagi muslim untuk melakukan muhasabah, evaluasi dan introspeksi terhadap perjalanan hidup agar menjadi lebih baik.
Terlebih, pada Muharram terdapat peristiwa penting yaitu hijrahnya Rasulullah SAW. Hendaknya, sebagai seorang muslim maka kita dapat mengambil ibrah, pelajaran dan hikmah untuk menapaki tahun baru.
2. Pelipatgandaan Amal Baik dan Buruk
Allah SWT menganjurkan kaum muslimin untuk memperbanyak kebaikan dan meninggalkan kemaksiatan. Sebab, pada bulan Muharram segala amal baik dan buruk dilipatgandakan.
Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya menerangkan,
ثُمَّ اخْتَصَّ مِنْ ذَلِكَ أَرْبَعَةَ أَشْهُرٍ فَجَعَلَهُنَّ حَرَامًا، وعَظم حُرُماتهن، وَجَعَلَ الذَّنْبَ فِيهِنَّ أَعْظَمَ، وَالْعَمَلَ الصَّالِحَ وَالْأَجْرَ أَعْظَمَ.
Artinya: “Allah SWT mengkhususkan empat bulan haram dari 12 bulan yang ada, bahkan menjadikannya mulia dan istimewa, juga melipatgandakan perbuatan dosa disamping melipatgandakan perbuatan baik.”
3. Adanya Hari Asyura
Hari Asyura bertepatan dengan 10 Muharram. Pada hari ini, banyak peristiwa penting dan bersejarah terjadi.
Oleh karena itu, umat Islam dianjurkan untuk berpuasa pada hari Asyura atau ke-10 Muharram. Keutamaan puasa Asyura tercantum dalam hadits dari Abu Qatadah RA,
“Sungguh Rasulullah SAW bersabda pernah ditanya tentang keutamaan puasa hari Asyura, lalu beliau menjawab: Puasa Asyura melebur dosa setahun yang telah lewat.” (HR Muslim)
