Kampung Keling · Kota Padang

Kampung Keling sirca 1900 – 1920 (Rijksmuseum – IG rajakelir)

Kampung Keling Tahun 2020

Kampung Keling Tahun 2024

sumber: masjidinfo.net

Kawasan ini oleh masyarakat Minangkabau dijuluki sebagai Kampung Keling, sehiliran Batang Arau di sekitar pelabuhan Muara tepatnya di Kelurahan Pasa Gadang, Kecamatan Padang Selatan, yang merupakan kawasan kota tua Kota Padang.

Julukan Kampung Keling terhadap kawasan tersebut karena di masa lalu kawasan ini memang merupakan tempat bermukimnya komunitas muslim yang berasal dari wilayah Keling (Kalingga / Dravida / Tamil) di India Selatan yang bermukim disana untuk berniaga sekaligus berdakwah (Keling = Kaliang = Kulit hitam). Kampung Keling masih bertahan sampai saat ini, dan mata pencarian orang di kampung tersebut masih berlanjut yakni berdagang.

Bangunan masjid Muhammadan berdiri megah diantara jejeran bangunan pertokoan sekaligus tempat tinggal. Posisi masjid tersebut tidak terlalu jauh dari Kelenteng See Hien Kiong yang juga merupakan salah satu bangunan bersejarah di kota Padang. Saat ini, selain digunakan untuk aktivitas ibadah umat Islam, masjid berlantai tiga ini menjadi salah satu daya tarik wisata terkenal di kawasan Kota Tua Padang dengan banyak bangunan-bangunan peninggalan kolonial Belanda berdiri di sekitar masjid tersebut.

Masjid Muhammadan di Jl. Pasa Batipuh

Tradisi Serak Gulo di Masjid Muhammadan Kota Padang

Tradisi Serak Gulo

Tradisi Serak Gulo (Tebar Gula) adalah sebuah tradisi menebarkan gula yang dibungkus dengan kain warna warni dari atap masjid Muhammadan kepada masyarakat yang berkumpul di halaman masjid.

Tradisi ini diselenggarakan oleh warga muslim keturunan India di kota Padang sebagai bentuk penghormatan kepada Sahud Hamid yang dikenal sebagai tokoh penyebar Islam di India. Tradisi Serak Gulo merupakan pembuka Maulid Sahul Hamid yang diselenggarakan setiap 1 Jumadil Akhir, selama 10 hari.

Ritual ini dimulai dengan berdoa bersama. Sebelum ditebarkan, gula yang dibungkus kecil dengan kain berwarna-warni dimasukan ke dalam karung dan dibawa ke atas atap Masjid Muhamadan. Pada penyelenggaraan Serak Gulo hari Sabtu 21 Maret 2015, panitia menyiapkan sekitar 3 ton gula.

Menurut panitia penyelenggara, tradisi ini berasal dari daerah Nagor India, dengan makna filosofis dari tradisi ini adalah memberikan ilmu dan kebaikan dengan simbol gula yang melambangkan betapa manisnya ilmu yang dibawa Sahud Hamid.

Tradisi ini hanya ada di tiga negara yakni di India, Singapura dan Indonesia. khusus di Indonesia tradisi ini hanya ada di Kota Padang dan kini sudah masuk dalam Warisan Budaya Tak Benda Indonesia. Tradisi ini juga telah menjadi kalender event Pariwisata Kota Padang.

Tradisi Ramadhan

Saat Ramadhan, Masjid Muhammadan menjalankan tradisi yang telah dilakukan turun temurun. Pengurus mendatangkan seorang hafiz (orang yang hafal Al Quran) untuk menjadi imam sholat tarawih setiap malamnya.

Sholat tarawih di masjid ini dilakukan sebanyak 20 rakaat dan tiga rakaat untuk slalat witir. Setiap malamnya, sang imam akan membaca satu jus ayat Al Quran saat shalat tarawih dan witir. Bacaan Imam bisa lebih dari satu juz bilamana hitungan hari Ramadhan kurang dari 30 hari.

Leave a comment