
sumber: Docquity
Setelah cabut gigi, pasien balik lagi. Tidak bisa bicara. Mulut kering, sulit menelan air liur.
Ekstraksi gigi 26. Kasus biasa—tidak impaksi, tidak sistemik, tidak ada perdarahan aktif. Beberapa jam kemudian: muntah darah, palatum membengkak, uvula terdorong. Pasien duduk membungkuk, sulit bernapas.
⚠️ Apa yang terjadi?
Bein tergelincir ke arah palatum. Mukosa robek, pembuluh darah cedera, dan sekarang, hematoma mengancam menutup jalan napas.
Case Summary

Bagaimana Ini Bisa Terjadi? Modern luxating elevators itu sangat tipis dan tajam. Kalau arah dorongnya tidak presisi—terutama jika terlalu kuat atau ke arah palatum—bisa langsung menembus mukosa dan mencederai pembuluh darah seperti arteri palatina mayor (GPA).
Apa akibatnya?
🔴 Hematoma cepat membesar
🔴 Uvula terdorong
🔴 Pasien mulai kesulitan menelan dan bicara
Seberapa Sering Ini Terjadi?
Kejadian seperti ini sangat jarang—dan bisa membuat lengah.
📊 Studi dalam JSCR (2023):
Dari 161 pencabutan molar atas: tidak ada hematoma palatum
Studi lain: perdarahan hanya pada 0.16% kasus ekstraksi gigi
Tapi ini bukan soal frekuensi, melainkan dampak saat terjadi. Mayoritas berjalan lancar—hingga satu slip saat ekstraksi gigi 26 berubah jadi kegawatdaruratan.
Waspadai: Area Palatal Memiliki Vaskularisasi Kompleks
Palatum durum mendapatkan suplai darah dari:
Arteri palatina mayor (GPA) → keluar dari foramen dekat molar 2–3 maksila
posterior superior alveolar artery, arteri fasialis, dan a. faringealis asendens
➡️ Luka kecil di GPA bisa membentuk pseudoaneurisma
➡️ Hematoma akan terus membesar, dan jika menyilang midline → risiko obstruksi jalan napas meningkat drastis
Kapan Harus Curiga?

Hari ke-2: ulserasi pasca-dekompresi.
Hari ke-10: mukosa sembuh total, tanpa defisit fungsi.
Apa yang Bisa Dilakukan Dokter Gigi?

