Rumah Inggit Garnasih

Mungkin sebagian dari kita tidak mengenal sosok Ibu Inggit Garnasih. Beliau adalah istri kedua dari Presiden pertama Republik Indonesia yaitu Bapak Soekarno dan beliau pula yang menemani Soekarno dimasa sulitnya mulai dari mendanai beliau kuliah sampai aktivitas politiknya. Walaupun sudah bercerai dengan beliau namun kecintaan ibu Inggit kepada bapak Soekarno tidak pernah hilang. Ini dibuktikan ketika bapak meninggal beliau menyempatkan diri untuk melayat. Di rumah inilah beliau menghabiskan masa hidupnya hingga wafat pada tanggal 13 April 1984. 

Inside The Museum

Hampir sama seperti Rumah Wafat W.R. Soepratman, museum ini berbentuk layaknya rumah biasa dengan ruangan-ruangannya. Mulai dari Ruang baca yang dahulu digunakan oleh Soekarno pada saat beliau masih berkuliah di THS (sekarang ITB). Di ruangan ini dulunya juga terdapat meja belajar yang dahulu digunakan oleh Soekarno untuk belajar & menulis surat kepada teman-teman seperjuangannya.

Lalu ada ruang pembuatan bedak & jamu. Di ruangan inilah biasanya ibu membuat & meracik jamu & bedak yang nantinya akan dia jual kepada masyarakat sekitar. Di ruangan ini juga terdapat replika batu pipisan yang digunakan untuk membuat jamu & bedak.

Dari ruang pembuatan bedak & jamu, ruangan terakhir yang Traveler kunjungi adalah ruang kamar tidur. Di ruangan ini lah ibu inggit beristirahat. Di masing-masing ruangan terdapat foto-foto & sejarah perjalanan hidup dari Ibu Inggit Garnasih mulai dari lahir sampai akhir hayatnya.

Ruang Depan
Ruang Baca
Ruang Tengah
Ruang Pembuatan Bedak & Jamu
Batu Pipihan
Ruang Tidur
Perjalanan Hidup Ibu Inggit Garnasih

Jam Buka & Harga Tiket

Museum ini buka dari jam 08.00 – 17.00 & sama seperti museum lainnya di Bandung setiap hari senin & hari libur nasional tutup. Masuk Museum ini tidak mengenakan biaya alias gratis.

Jika ingin tahu sosok dari ibu Inggit Garnasih maka museum ini wajib dikunjungi.

____________________________________

tulisan dan foto menarik dari penulis lain: https://www.pojokcerita.com/2019/11/mengunjungi-rumah-bersejarah-inggit.html

by: Fajar Nindyo

Rangkaian Bandung Explorer selama 2 (hari), 24-25 Agustus 2019, saya tutup dengan kunjungan ke sebuah rumah yang memiliki nilai sejarah tinggi yaitu Rumah Inggit Garnasih yang berada di Jalan Inggit Garnasih No 174, Kota Bandung.

Kota Bandung selain memiliki ITB sebagai salah satu jejak sejarah keberadaan Soekarno di kota itu, juga memiliki situs peninggalan sejarah lain yang tak kalah pentingnya yaitu Rumah Bersejarah Inggit Garnasih. Tentang siapa itu Inggit Garnasih sudah saya tulis sekilas di artikel ini, namun akan saya bahas lebih detail berdasarkan sumber tambahan, salah satu referensinya adalah berasal dari Rumah Bersejarah Inggit Garnasih ini.

Pada batu prasasti yang terdapat di pelataran rumah disebutkan bahwa tempat ini disebut secara resmi sebagai Rumah Bersejarah Inggit Garnasih. Dibangun pada tahun 1920 oleh biro arsitek bernama Gemeente Bandoeng dengan fungsi rumah tinggal dimana ditinggali oleh pasangan Soekarno-Inggit Garnasih selama 8 (delapan) tahun sebelum pada akhirnya ditinggal pergi karena Soekarno harus menjalani pembuangan ke Ende, Flores. Bangunan ini selanjutnya ditetapkan sebagai cagar budaya sesuai Perda Kota Bandung Nomor 7 Tahun 2018.

Rumah tersebut berada tak jauh dari persimpangan Jalan Inggit Garnasih (sebelumnya Jalan Ciateul) dan Jalan Otto Iskandardinata, Bandung, atau berjarak kurang lebih 3 (tiga) kilometer dari Masjid Agung Bandung. Penggantian nama Jalan Ciateul menjadi Jalan Inggit Garnasih sendiri terjadi pada tahun 1997 bertepatan dengan pemberian Tanda Kehormatan Bintang Mahaputera Utama berdasarkan Keputusan Presiden RI No 073/TK/1997 tertanggal 11 Agustus 1997.

Di depan rumah berdiri tiang bendera merah putih sehingga memudahkan pengunjung menemukan lokasi rumah mungil ini. Terdiri dari beberapa ruangan dimana hampir di setiap ruangan tersebut terdapat foto-foto Inggit Garnasih dan juga Soekarno. Terdapat sebuah ruangan khusus yang terdapat replika alat pipisan jamu yang terbuat dari batu (benda aslinya sendiri, termasuk barang-barang asli milik Inggit dalam penguasaan keturunan atau ahli waris).

Sebagai informasi bahwa ketika Soekarno dijebloskan ke penjara Banceuy dan Sukamiskin, Inggit Garnasih berjuang memenuhi kebutuhan ekonomi mereka berdua dengan cara membuat jamu dengan ramuan tangan Inggit sendiri. Sampai kemudian rumah ini harus dijual guna menambah perbekalan modal ekonomi saat Inggit harus mendampingi Soekarno dalam pengasingan ke Ende, Flores.

Akibat prahara rumah tangga yang dialaminya saat Soekarno menikahi Fatmawati, gadis Bengkulu yang ditemuinya selama pengasingan keduanya di sana setelah Ende, rumah ini kemudian ndilalah ditempati kembali untuk kedua kalinya oleh Inggit dimana sebelum berangkat ke Ende, rumahnya masih berbentuk rumah panggung.

Pasca bercerai dengan Soekarno, atas prakarsa Asmara Hadi yang dibantu kawan-kawan seperjuangannya seperti Winoto, Supardi, SK Trimurti, Gatot Mangkoepradja, AM Hanafi, dan lain-lain, dikumpulkanlah dana untuk membelikan rumah bagi Inggit sebagai tempat tinggal barunya. Di sinilah sejarah seperti berulang dimana ternyata tanah dan bangunan yang dibeli tersebut merupakan lokasi dimana dulu berdiri rumah panggung tempat Inggit dan Soekarno tinggal bersama.

Proses pembangunan kembali rumah tersebut dipercayakan kepada Sugiri. Sejak itulah Inggit tinggal di sini sampai masa akhir hayatnya. Bagi Anda yang ingin melihat rumah bersejarah tersebut dapat langsung menuju ke sana dengan tanpa biaya masuk alias gratis (hanya diminta mengisi buku tamu). Jika rumah dalam kondisi pintu tertutup, ketok saja, nanti ada petugas yang akan membuka dan menyalakan lampu ruangan. Anda dapat menanyakan segala sesuatu tentang keberadaan rumah tersebut beserta sejarah kehidupan Inggit Garnasih kepada petugas yang menjaganya.

Inggit Garnasih
Inggit Garnasih
Inggit Garnasih
Inggit Garnasih
Inggit Garnasih
Inggit Garnasih
Inggit Garnasih
Inggit Garnasih
Inggit Garnasih
Inggit Garnasih
Inggit Garnasih
Inggit Garnasih
Inggit Garnasih