Walking Tour Kutha Gedhe

#ditulis pada saat pandemi, bulan oktober 2020

Masih dalam suasana pandemi, HUT Jogja ke-264 berlangsung sederhana. Sebagian besar perayaan secara virtual, hanya satu dua kegiatan yang dilakukan secara langsung. Di kecamatan Kotagede, besok pagi tanggal 8 Oktober diselenggarakan pernikahan massal, tim dari puskesmas ikut bertugas di acara tersebut.

Nikah Bareng 3M yang digelar oleh KUA Kotagede

Sabtu pagi yang lalu, tanggal 3 Oktober 2020. Untuk pertama kali diselenggarakan kegiatan blusukan lagi di Kotagede, setelah 8 bulan mati suri.

Peserta dibatasi dan tentu saja harus mengikuti protokol kesehatan. Jumlah 14 peserta dengan 3 tim penyelenggara, total 17 orang. Lumayan ramai, cukup bisa untuk menjaga jarak walau kadang para remaja ini lupa, masker dilepas dan riuh saat berfoto.

Kotagede

menyusuri lorong-lorong Kotagede

Peserta sebagian besar remaja, ada sekitar 5 orang ibu dan akulah yang paling senior. Tidak masalah, yang penting syaratnya kuat jalan kaki sekitar 2 jam 30 menit. Berhenti hanya jika guide sedang menjelaskan sesuatu, setelah itu lanjut jalan lagi. Alhamdulillah kemarin tidak ada yang kewalahan blusukan sekian lama, cuaca mendung sangat mendukung membuat teduh suasana.

Mampir pasar Legi, beli kunir asem dan jajan pasar untuk bekal blusukan

Sebagai warga yang sehari-harinya mondar mandir Kotagede, kenapa aku mengganggap masih perlu ikut blusukan bersama guide? Salah satunya ingin menguji kelihaian pemandu wisata, seberapa mereka tahu tentang gang-gang sempit Kotagede. Sejujurnya aku sering kehilangan arah setiap kali berada di lorong-lorong tersebut.

Guide yang memandu kami tentu saja sudah sangat hapal silangan gang di Kotagede, tahu di titik mana saja harus berhenti menjelaskan tentang sesuatu yang menarik, tanpa satu kalipun kehilangan arah.

Langgar Dhuwur di kampung Jagalan, Kotagede

Para peserta juga bukan wisatawan dari Jakarta atau kota lain, pada umumnya berdomisili di Jogja. Mungkin seperti aku, mereka tak mau melewatkan kesempatan untuk blusukan bareng di Kotagede yang cukup lama dihentikan karena pandemi.

menyimak dan mencatat..

Keuntungan lain blusukan bareng adalah menemukan beberapa titik yang selama ini kulewatkan saja, karena tidak tahu bahwa tempat tersebut menarik juga penting. Dan untuk masuk ke tempat-tempat yang sekarang sangat sepi, tentu saja lebih baik jika berombongan.

Seperti ke Sendhang Seliran, aku tak akan berani masuk sendirian. Di masa pandemi tempat-tempat tersebut sunyi sepi, hanya ada abdi dalem saja dengan hiburan suara radio diselingi suara angin.

Sendang Seliran dan Makam Raja Mataram dalam Kompleks Masjid Gedhe Mataram, Kotagede

Senangnya walking tour bersama, aku jadi tahu bahwa para remaja ini juga punya minat besar dengan sejarah. Ada beberapa yang paham tentang tipikal rumah tua di kotagede, struktur dan sebagainya. Mereka ikut kegiatan ini bukan dengan pengetahuan kosong tentang Kotagede. Hebat!

Between Two Gates di Kampung Alun-alun, Kotagede

Aku ingin mengikuti blusukan Kauman dan Kotabaru, namun sepertinya masih belum akan ada dalam waktu dekat. Kemarin walking tour Malioboro dilakukan secara virtual. Aku lihat di Bandung dan Jakarta pun begitu, virtual tour mulai banyak ditawarkan. Cukup menarik untuk menambah pengetahuan kita, walaupun minus jalan kaki dan keringetan.

Omah UGM di Kampung Bodon, Kotagede

#detilnya tentang blusukan lorong-lorong Kotagede, lain waktu dituliskan. 💚

#pics by eksperia & me