Batang Ino

sumber: Pusdalops BPBD Tanah Datar

Hulu Batang Ino (Sungai Ino) memang berada di lereng Gunung Marapi, tepatnya di wilayah Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. 

Batang Ino merupakan salah satu sungai atau aliran air yang berhulu di pinggang Gunung Marapi. Debit air di sungai ini dapat meningkat drastis terutama setelah hujan deras akibat adanya material sisa abu vulkanik dari lereng gunung. 

Peningkatan debit air dan potensi aliran lahar dingin pasca-erupsi gunung berapi merupakan bahaya bencana yang perlu diwaspadai di sepanjang aliran sungai yang berhulu di Gunung Marapi, termasuk Batang Ino. 

Hulu batang ino, zona aliran lahar yg terakhir kali galodo tahun 2009 dan 1979, sekarang ini terpantau aliran tertutup vegetasi hijau lebat dan tidak tampak ada longsor yg besar, pada tahun 1979 aliran galodo dari sini menghancurkan nagari supayang, tercatat korban jiwa 20 orang dan setelah itu ada masyarakat yg di pindahkan ke sitiung, kab dharmasraya, zona aliran ini terus melewati nagari sungai patai dan nagari tanjung sungayang.

Keberadaan Batang Ino sebagai sumber air terutama untuk kebutuhan pengairan sawah bagi warga Nagari Lawang Mandahiling, Kecamatan Salimpaung sangat dirasakan.

Debit airnya cukup untuk dimanfaatkan mengairi sawah petani, namun bila musin penghujan intensitas aliran air berubah drastis, sanagat mengkhawatirkan keselamatan warga, terutama pemukiman warga yang ada di bantaran anak sungai yang behulu di pinggang gunung api Marapi itu.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kabupaten Tanah Datar yang berkoordinasi dengan UPT Dinas PU setempat, Wali nagari dan Wali Jorong se nagari Lawang Mandahiliang, sengaja melakukan kegiatan survey menyusuri aliran Batang Ino ini.

Satu tim yang terdiri dari tiga orang dari BPBD, Wali Nagari Lawang Mandahiling, Helpi bersama empat Wali Jorong masing-masing Wali Jorong Lawang, Wali Jorong Mandahiliang, Wali Jorong Malintang dan Kandang Malabuang serta Kepala UPT Dinas PU setempat Hermansyah turun serentak menyusuri aliran Batang Ino ini Selasa 7/3 lalu.

Untuk mencapai lokasi hulu anak sungai Batang Ino, tim BPBD harus menempuh jarak sejauh kurang lebih lima kilo meter dari pemukiman warga. Anggota tim berjalan kaki menyusururi dasar sungai yang dipenuhi bebatuan besar.

Debit air memang saat itu tidak terlalu besar, namun anggota rombongan terpaksa ekstra hati-hati, karena telapak kaki selalu hinggap di atas batu-batu berlumut, bila terpeleset bisa membawa malapetaka bagi keselamatan anggota tim.

Setelah memakan waktu selama empat jam perjalanan, anggota tim berhasil mencapai titik hulu sungai, di lokasi ini terdapat sejumlah air terjun, yang dikenal oleh warga setempat sebagai lokasi air terjun, dalam bahasa lokalnya sarasah.

Setidaknya ada dua belas buah sarasah yang mencurahkan debit air cukup besar, berkumpul di dasar sungai dan mengalir menjadi sebuah anak sungai yang hingga kini dikenal sebagai aliran Batang Ino.