Batang Kuranji

oleh: Dahlan Iskan

Kalau di Sumut ada persoalan di DAS sungai Batang Toru, di Sumbar ada masalah yang sama: di DAS sungai Batang Kuranji.

Sungai Batang Kuranji juga pendek. Lebih pendek dari Batang Toru. Hanya 34 km. Tipe sungai yang mengalir ke Samudera Hindia tidak ada yang panjang. Hulu mereka sama: pegunungan bukit barisan.

Maka sungai Batang Kuranji juga sangat terjal. Aliran airnya deras. Berbahaya. Setiap banjir, banjirnya bandang. Padahal muara sungainya di kota Padang yang padat penduduk.

Sudah sering ada jembatan hanyut di sepanjang Batang Kuranji. Tapi di banjir bandang akhir November lalu yang hanyut bukan hanya jembatan. Yang hanyut adalah kampung. Yakni kampung Batu Busuak. Tidak jauh dari Kampus Universitas Andalas.

Karena dekat kampus, banyak sekali bangunan kos-kosan di kampung itu. Semua diterabas banjir bandang. Airnya tercampur potongan kayu –termasuk kayu gelondongan.

Tadi malam saya bersama Agus Salman di Jakarta. Ia orang dari kampung sebelah Batu Busuak: Koto Tuo. Istrinya masih tinggal di sana. Waktu hujan turun sudah lebih tiga hari sang istri meneleponnya: “ini hujan tidak berhenti-henti”. Ketika banjir bandang melanda Batu Busuak, sang istri terus memberi tahu soal bencana di kampung itu.

Sungai Batang Kuranji pun kini berubah di hilirnya. Di Batu Busuk. Di kota Padang. Akibat banjir bandang, sungai itu lebarnya menjadi bertambah-tambah. Kini menjadi sekitar 100 meter –dari awalnya sekitar 20 meter. Sudah sulit membedakan mana sungai mana daratan.

Memang sebelum banjir bandang pun dasar sungai itu sudah nyaris sejajar dengan tanah kampung kanan-kirinya. “Waktu saya kecil sungai ini dalam sekali. Saya bisa terjun bebas dari atas jembatannya,” ujar Agus yang kini berumur 50 tahun.

Saat menghadiri Disway Awards di Sheraton Grand Jakarta Gandaria City kemarin, Ketua DPD RI Sultan B. Najamuddin saya minta memimpin doa untuk korban bencana Sumatera. Sultan orang Sumatera. Ayah-bundanya Minang-Bengkulu.

Sultan adalah orang yang mensponsori RUU perubahan iklim di Indonesia. RUU itu sudah masuk Prolegnas, tapi masih harus antre panjang di DPR. Seolah banjir bandang juga tahu ada RUU itu lalu mendahuluinya.

Banjir Aceh, Sumut, dan Sumbar begitu besarnya. Hari-hari ini banjir itu sudah surut –jangan-jangan begitu juga semangat mempersoalkan penyebabnya. (Dahlan Iskan)


Banjir bandang melanda wilayah Kuranji, Padang, sebagai bagian dari bencana banjir dan longsor yang lebih luas di Sumatera Barat pada akhir November hingga awal Desember 2025. Melanda beberapa kecamatan di Padang, merendam sekitar 24.000 rumah warga, dan menggenangi area seperti Pasar Baru dan TPU Tunggul Hitam.

  • Waktu Kejadian: Bencana banjir dan banjir bandang terjadi antara 25 hingga 28 November 2025, dengan dampak susulan yang masih terasa.
  • Dampak Kerusakan: Kecamatan Kuranji termasuk di antara empat kecamatan yang paling terdampak parah di Kota Padang. Sekitar 95% rumah warga di beberapa lokasi, seperti Kampung Guo, dilaporkan luluh lantak, dan banyak warga kehilangan harta benda mereka. Jembatan Gunung Nago di kawasan Pauh putus diterjang arus banjir. Kerugian infrastruktur di seluruh Kota Padang akibat bencana ini mencapai miliaran rupiah.
  • Kondisi Sungai: Luapan Sungai Batang Kuranji sangat dahsyat, menyebabkan lebarnya bertambah drastis dari sekitar 20 meter menjadi sekitar 100 meter di beberapa titik. Air yang mengalir pasca-banjir tampak keruh membawa material longsor dari hulu.
  • Penyebab: Bencana ini dipicu oleh curah hujan ekstrem yang tinggi selama sepekan lebih, yang menyebabkan volume air besar tidak mampu ditampung oleh sungai. Faktor lain termasuk kerusakan ekosistem di hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Batang Kuranji dan pendangkalan sungai.
  • Situasi Terkini: Warga di wilayah terdampak masih mengungsi, dan sebagian bahkan harus mengikuti ujian sekolah di tenda darurat. Pihak berwenang dan relawan terus berada di lokasi untuk penanganan bencana dan penyaluran bantuan. Masyarakat diimbau untuk tetap waspada mengingat kondisi cuaca yang masih tidak menentu.