Makna Sakinah, Mawaddah, Warahmah

sumber: https://nikmatislam.com/apa-sih-arti-dan-makna-sakinah-mawaddah-warahmah/

Bismillahirrahmanirrahim,

Kata sakînah (Arab: سَكِينَة) atau sakan (سَكَنٌ) berasal dari kata sakana (سَكَنَ) yang mengandung arti ‘tenang’, ‘tenteram’ (rukun, sejahtera, sentosa, dll.). Rumah atau apa pun yang menjadi tempat tinggal disebut maskan (مَسْكَن) –ketiga huruf asalnya sama– karena tempat itu membuat penghuninya merasa tenang, nyaman, dan aman. Pisau dalam bahasa Arab disebut sikn (سِكِّين) antara lain karena membuat hewan yang disembelih tenang, tidak meronta-ronta, karena ketajamannya. Mawaddah (مَوَدَّة) berasal dari kata wadda (وَدَّ) yang salah satu maknanya adalah cinta. Cakupan makna kata ini lebih luas daripada mahabbah (مَحَبَّة) yang juga sering diartikan cinta. Sedangkan rahmah (رَحْمَة) adalah kasih sayang.

Seperti kita lihat maknanya, ucapan “sakinah, mawaddah, warahmah” sebenarnya bukan ucapan selamat kepada pengantin baru, tetapi lebih merupakan doa dan harapan.

Kata-kata itu diambil dari ayat Al-Qur’an yang menggambarkan relasi antara suami dan istri yang dilandasi oleh rasa cintah (mawaddah) dan kasih sayang (rahmah) agar tercapai ketenangan dan ketenteraman hidup (sakan, sakînah). Bunyi ayat itu begini:

وَمِنْ آَيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

Di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir. (QS Al-Rûm [30]: 21).

Jadi, kalau kita melihat ayat ini, sakînah atau sakan (ketenteraman, ketenangan) itu adalah tujuan yang akan dicapai dalam sebuah perkawinan, atau akibat positif dari perkawinan. Dengan menikah, baik laki-laki maupun perempuan merasa tenang dan tenteram berada bersama pasangannya, sekurang-kurangnya karena dapat meredakan gejolak nafsu seksual masing-masing. Ini didukung oleh ayat lain yang maknanya kurang lebih: Dialah yang menciptakan kamu dari jiwa yang satu (Adam) dan daripadanya Dia menciptakan pasangannya, agar dia merasa senang (tenteram) kepadanya. (QS Al-A‘râf [7]: 189).

Kemudian, agar tujuan hidup tenteram dan tenang dalam perkawinan itu tercapai, Allah menanamkan rasa cinta (mawaddah) dan sayang (rahmah) pada diri masing-masing pasangan. Seorang suami mau bekerja siang malam untuk membahagiakan istri, itu karena didorong oleh rasa mawaddah. Istri mau mengurus rumah dan mendidik anak di rumah, itu karena didorong oleh rasa rahmah. Jika mawaddah dan rahmah ini dapat terus terjaga dengan baik (tentu saja akan ada turun-naiknya, seperti halnya keimanan juga dapat berkurang dan dapat bertambah), maka tujuan keluarga yang sakînah (tenteram) pun dapat tercapai.

Demikian, wallahu a’lam.

(Muhammad Arifin)