Scaffolding pada ZPD (Zone of Proximal Development) 

src: wikipedia+kompasiana

Scaffolding pada ZPD (Zone of Proximal Development) adalah strategi dukungan sementara yang diberikan guru kepada siswa di dalam area perkembangan proksimal (ZPD) mereka. Bantuan ini bertujuan membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran yang sebelumnya tidak dapat mereka capai sendiri, lalu secara bertahap dikurangi seiring siswa menjadi lebih mandiri. 

Konsep utama

  • ZPD (Zone of Proximal Development): Zona di antara apa yang dapat dilakukan siswa secara mandiri dan apa yang dapat mereka capai dengan bantuan orang lain, seperti guru atau teman sebaya yang lebih ahli.
  • Scaffolding (Perancah): Dukungan sementara yang diberikan seperti perancah pada bangunan untuk membantu siswa membangun pengetahuan dan keterampilan baru. Dukungan ini dapat berupa petunjuk verbal, demonstrasi, atau memecah tugas menjadi langkah-langkah yang lebih kecil. 

Penerapan scaffolding pada ZPD

  1. Mengurangi Bantuan: Dukungan akan dikurangi saat siswa mampu mengambil alih tugas lebih besar dan semakin mandiri dalam proses pembelajaran.
  2. Identifikasi ZPD: Guru mengidentifikasi ZPD setiap siswa dan menentukan tugas yang sesuai di dalamnya.
  3. Berikan Bantuan: Guru memberikan dukungan yang diperlukan. Tahap awal, guru bisa memberikan bantuan penuh, seperti instruksi yang jelas dan contoh konkret.
  4. Bantuan Bertahap: Seiring waktu, guru secara bertahap mengurangi bantuan. Guru akan mendorong siswa untuk bekerja lebih mandiri dan memberikan umpan balik yang mendukung.

=====

Zone of Proximal Development (ZPD), adalah sebuah konsep yang dikemukakan Lev Vygotsky tahun 1930an. ZPD adalah area dimana seseorang bisa melakukan hal baru dengan “bantuan”. Ilustrasi di atas bisa membantu memahami ZPD.

Kemudian di tahun 1976, Wood, Bruner, dan Ross memperkenalkan istilah Scaffolding yang merujuk kepada istilah “bantuan” tersebut. Misalnya, seorang anak yang sedang belajar menyetir mobil kepada ayahnya. Ayah dalam hal ini menjadi Scaffolding yang dapat memberikan:

  • Demonstration. Misalnya dengan menunjukkan cara menyetir.
  • Instruction. Misalnya “Nyalakan lampu seinnya sekarang.”
  • Encouragement. Misalnya “Jangan grogi, tenang saja.”

Berkat Scaffolding yang diterima, lambat laun ia dapat mengemudikan mobil tanpa bantuan siapapun

Sebenarnya Scaffolding adalah alat yang digunakan dalam pekerjaan konstruksi. Fungsinya untuk membantu menopang struktur saat pembangunan. Setelah struktur beton sudah kuat, maka Scaffolding akan dicopot. 

Konsep yang sama juga berlaku dalam proses pembelajaran. Scaffolding perlahan-lahan perlu dihilangkan agar seseorang bisa melakukan hal baru tanpa bantuan.

Salah satu kekurangan Scaffolding dalam ZPD adalah potensi terbentuknya seseorang yang belajar dengan pasif (Passive Learner) karena bantuan yang diberikan secara berlebihan. Bantuan tersebut terus-menerus diberikan tanpa melihat bahwa seseorang sudah mulai bisa melakukannya sendiri walaupun tanpa bantuan.

Karena itu, dalam menerapkan Scaffolding, jangan langsung turun tangan untuk memberikan bantuan. Tanyakan terlebih dahulu pandangan Learner tentang tugas yang sedang dihadapi, seperti apa solusinya, bagaimana cara mengerjakannya, dan lainnya. Setelah itu kita bisa mulai memberikan bantuan secara perlahan-lahan, serta menilai kapan bantuan tersebut perlahan-lahan perlu dihilangkan.