Perahu yang mengantarkan rombongan Sultan Suri Maharajo Dirajo, akhirnya mendarat di pulau Perca, tepatnya di puncak Gunung Merapi. Kapal ini bermuatan enam belas lelaki dan perempuan, ditambah empat orang lainnya yang masing-masing bernama Kho Cin (Kucing Siam), Can Pa (Harimau Campo), Khan Bin (Kambing Hutan), dan Ahan Jin (Anjing Mualim). Kemudian Sri Maharajo Dirajo dan rombongan turun ke darat. Sementara itu air lautpun beranjak surut.
Selang berapa lama kemudian rombongan Maharajo Dirajo turun ke sebuah tempat yang disebut Labuhan si Tambago, sekitar dua kilo meter dari Nagari Pariangan ke arah puncak Merapi. Di tempat inilah untuk pertama kalinya rombongan itu meneruka sawah yang disebut sawah satampang baniah. Padi inilah yang kemudian menyebar ke seluruh Minangkabau.
Seperti disebutkan Soeardi Idris dalam buku Nagari Sungai Tarab – Salapan Batua, di perkampungan Labuhan si Tambago itu tumbuh pula sepohon galundi. Uratnya tidak mencekam tanah, melainkan memeluk sebuah batu besar seakan-akan orang bersila. Gelundi…
View original post 520 more words
